Nath telah mengganti pakaiannya dengan gaun indah motif bunga kembali. Di ruangan kerja Grand Duke, Luciana mewakili Alex menerima utusan Vederick. Nath duduk d kursi panjang dan Artur duduk di hadapannya dengan utusan itu berdiri di antara keduanya. Helena tidak mempunyai rencana apapun. Ini terlalu mendadak dan tidak ada kabar berita sebelumnya.
Dengan sedikit gugup Nath meminta izin untuk berbicara. Kedua tangannya meremas gaun merah muda yang di kenakan sore itu. Suaranya bergetar. Gadis itu mengawali ucapannya.
"Sa ... saya tidak bisa menerima lamaran Pangeran," gadis itu menghentikan kalimat nya. Matanya mengarah pada seseorang di depannya lalu pada Helena yang tengah duduk di balik meja Grand Duke. "Apa saya harus datang sendiri ke istana untuk menolaknya?" Tatapan Nath kembali bergerilya.
"Tidak perlu sayang! Jika alasanmu jelas. Dan---bukankah kau adalah satu-satunya putri Grand Duke Alexander Carperia?" Helena berdiri mendekati Nath dan mengusap kepalanya. Matanya yang lembut berubah tajam. Sejak Nath memasuki ruangan itu sang utusan tidak henti-hentinya menatap Nath yang berambut perak---bukan rambut dari keturunan Alexander. Hanya rambutnya. Sebelum datang ke ruangan itu Nath baru saja mendapat pertolongan dari Artur untuk merubah matanya jadi kemerahan. Terima kasih, ucap Nath dalam batinnya.
"Sampaikan pada Pangeran, kalau saya akan segera bertunangan dengan Duke Vandermork. Undangannya akan segera kami kirim ke istana."
Itu bukan jawaban yang dipikirkan oleh Artur sebelumnya. Antara senang dan tidak mengerti jalan pikir perempuan di hadapannya itu.
Utusan pangeran Vederick itu pergi dengan menggenggam kabar kurang menyenangkan bagi sang Pengeran. Tapi melegakan bagi Raja dan Ratu. Utusan itu pergi tanpa persetujuan resmi kerajaan.
Dua jam lagi telah berlalu. Nath sudah lima kali mengganti pakaiannya. Dari gaun, baju zirah, baju latihan gaun dan baju latihan lagi. Senja yang telah menguning di Barat tidak membuat Nath berhenti mengayunkan pedangnya. Keringat dan debu bercampur di wajah cantiknya--- hingga Anna datang menghentikan gadis itu.
"Cukup, Nona!" ucap wanita itu.
Segelas the dan camilan manis---Anna sajikan disebuah meja bundar dengan dua kursi mendampinginya. Beberapa pelayan baru saja menatanya rapi. Langit merona merah, dan angin dingin menyusup ke setiap jengkal kastil.