Aroma teh yang baru diseduh, angin musim semi yang merangsek masuk lewat jendela memenuhi kamar itu. Kerinduan akan kampung halaman seperti terobati sejenak. Suara kayu terbakar di perapian dan sayup-sayup musik yang masih megalun di tengah pesta. Orang-orang masih terhanyut dalam lautan kemewahan yang diadakan sekali setiap tahun itu.
Sedang asik bersenda gurau, seseorang mengetuk ruangan itu. Anna keluar untuk memastikan siapa yang datang. Wanita muda berambut emas dengan tiara indah di atas kepalanya. Sang Putri datang dengan dua orang pelayan di belakangnya. Sama halnya dengan Nath, Claire khawatir dengan Noah dan Lucas sehingga dengan segera ingin menemuinya.
Tidak disangka Claire justru mendapati Nath, Lucas dan Jeremy tengah berkumpul di ruangan itu.
Lucas dan Jeremy telah mabuk. Teh yang di hidangkan oleh Anna sama sekali tidak tersentuh dua pemuda itu. Mereka justru menelisik lemari Noah dan menemukan wine. Aroma seduhan teh seketika hilang berganti dengan aroma manis pahit wine yang tertuang.
Sesuatu yang tidak pernah Claire lihat, sekumpulan anak bangsawan tengah mabuk di dalam kamar. Merancau.
“Ada apa?” tanya Noah. Laki-laki itu menghampiri Claire yang masih terkejut melihat pemandangan di depannya.
“Ah … Apakah Anda sibuk?”
Noah sedikit berpikir. “Tidak,” jawabnya cepat.
“Bisakah kita berbicara?”
Noah menganggukkan kepalanya. “Tentu, Yang Mulia.” Keduanya lalu meninggalakan kamar; berjalan menuju ruang baca milik Claire.