Setelah beberapa tahun kekisruhan di tubuh PSSI mereda kini PSSI kembali bergejolak. Terkait dengan perseteruannya dengan pemerintah yang dimana kian lama kian rumit. Akhirnya selaku kemenpora yaitu Imam Nahrawi yang mengambil tegas keputusan untuk membekukan PSSI. Salah satu yang menjadi permasalahan dalam PSSI ini adalah PSSI nyata-nyata secara sah dan meyakinkan telah terbukti mengabaikan dan tidak mematuhi kebijakan Pemerintah melalui Teguran Tertulis yang sudah tiga kali dilayangkan Kemenpora. PSSI diminta untuk memerintahkan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya untuk memenuhi permintaan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI). Namun PSSI tak kunjung memenuhi peringatan Menpora hingga tenggat waktu yang ditetapkan pada Jumat (17/4/2015) sore. Pada hari yang sama, Menpora pun menjatuhkan sanksi kepada PSSI. Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) resmi dibekukan. Pembekuan dilakukan Kementerian Pemuda dan Olahraga melalui suratnya bernomor 0137 tahun 2015 dan ditandatangani Menteri Imam Nahrawi. Kemenpora memberikan sanksi administratif kepada PSSI.
Berikut isi surat pembekuan dari Kemenpora:
1. Bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 121 ayat (2) dan Pasal 122 ayat (2) huruf g Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan, Menteri mempunyai kewenangan untuk pengenaan sanksi administratif pada tiap pelanggaran administratif dalam pelaksanaan penyelenggaraan keolahragaan tingkat nasional
2. Bahwa secara de facto dan de jure sampai dengan tenggat batas waktu yang telah ditetapkan dalam Teguran Tertulis Nomor 01133/Menpora/IV/2015 tanggal 16 April 2015, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia nyata-nyata secara sah dan meyakinkan telah terbukti mengabaikan dan tidak mematuhi kebijakan Pemerintah melalui Teguran Tertulis dimaksud
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Keputusan Menteri Pemuda dan Olahraga tentang pengenaan Sanksi Administratif berupa kegiatan Keolahragaan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia tidak diakui
Termasuk Keputusan hasil Kongres Biasa dilakukan di Hotel JW Marriot, Surabaya, Jawa Timur pada (18/4) dan Kongres Luar Biasa tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, tidak sah dan batal demi hukum bagi organisasi, Pemerintah di tingkat pusat dan daerah maupun pihak-pihak lain yang terkait. Hasil kongres tersebut takkan diakui karena Kemenpora sudah membekukan PSSI per 17 April 2015. Meski demikian, dalam surat itu disebutkan kompetisi ISL/QNB League akan terus berjalan di bawah pengawasan KONI dan KOI, begitu juga dengan timnas Indonesia yang tengah bersiap terjun ke SEA Games di Singapura bulan Juni mendatang.
Berikut isi pernyataan pengambil alihan timnas Indonesia dan ISL/QNB League oleh KONI dan KOI dalam surat tersebut:
a) Pemerintah akan membentuk Tim Transisi yang mengambil alih hak dan kewenangan PSSI sampai dengan terbentuknya kepengurusan PSSI yang kompeten sesuai dengan mekanisme organisasi dan statuta FIFA;
b) Demi kepentingan nasional, maka persiapan Tim Nasional Sepakbola Indonesia untuk menghadapin SEA Games 2015 arus terus berjalan, dalam hal ini Pemerintah bersama KONI dan KOI sepakat bahwa KONI dan KOI bersama Program Indonesa Emas (PRIMA) akan menjalankan persiapan Tim Nasional;
c) Seluruh pertandingan Indonesia Super League/ISL 2015, Divisi Utama, Divisi I, II, dan III tetap berjalan sebagaimana mestinya dengan supervisi KONI dan KOI bersama Asprov PSSI dan Klub setempat
Belum cukupkah karut marut yang terjadi di Indonesia sampai kini PSSI pun harus ikut menyumbangkan diri berseteru dengan pemerintah. Bukankah seharusnya PSSI menjadi wadah untuk segala aktivitas kehidupan dunia olahraga di Indonesia. Malahan kini akibat ulahnya sendiri PSSI dibekukan. Untuk menggantikan peran PSSI tentunya Menpora dalam hal ini wakil pemerintah harus bisa untuk membentuk tim Transisi yang benar-benar mampu memperbaiki wajah buruk dunia olahraga Indonesia. Yang nantinya juga akan menyatukan seluruh klub sepakbola yang telah sekian lama terpecah. Dengan begitu sepakbola di Indonesia mampu berlaga di tingkat regional maupun internasional. Akan lebih baik lagi PSSI dibubarkan serta dibentuk lembaga baru yang lebih mumpuni dalam mengurus dunia sepak bola Indonesia tanpa harus dibebani permasalahan-permasalahan sepele, sehingga dunia sepakbola perlahan bangkit. Itulah harapan bangsa Indonesia yang harus mampu untuk diwujudkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H