Lihat ke Halaman Asli

Umi Setyowati

Wiraswasta

Balada Januari.

Diperbarui: 12 Januari 2025   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi tanaman layu sumber gambar pixabay com.

Januari, awal tahun sarat tipu-tipu.Ku kira membawa asa, ternyata tawa sendu. Jika bisa, aku ingin merayu waktu. Jangan menghantuiku, usir lah  jemu, kala ku duduk pilu di siksa rindu 

 Sungguh, jika sekejap saja ia mau berhenti berdetak -detik, kan ku petik bunga tercantik, agar memberiku jeda, menata kata hingga titik. Menulis tuntas suara-suara di kepalaku yang gemericik.

Kala itu, tangis perdanaku mengguncang persada. Anugerah Tuhan sang Maha Pencipta. Pun amanah bagi ayah bunda..

Lalu, pada Januari yang lain, saat usiaku menapak dewasa, aku bersua asmara. Duniaku kian indah bernuansa merah muda.

Cinta, cinta, dan cinta, tak ad hal lainnya  yang lebih indah. Terbuai ku dibuatnya 

Siapa sangka, cinta, tak selalu seindah syair pujangga. Ada kata setia berselimut dusta. Iman setipis tissue, setan dan iblis menjadi kelliip di mata. Si dia tergoda, menoreh luka 

Petaka lah akhirnya. Menggilas selaksa asa  Aku serasa tersedak kopi sianida, namun napas ku  tetap ada.

Kini, januari ku, tiada seindah dulu lagi  Cinta hanyalah permainan hati. Biarlah selamanya aku sendiri . Inginku, bulan ini lekaslah berganti.

Bulan pencatat takdir, ketika aku lahir, pun kisah kasih ku berakhir.

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline