Januari, awal tahun sarat tipu-tipu.Ku kira membawa asa, ternyata tawa sendu. Jika bisa, aku ingin merayu waktu. Jangan menghantuiku, usir lah jemu, kala ku duduk pilu di siksa rindu
Sungguh, jika sekejap saja ia mau berhenti berdetak -detik, kan ku petik bunga tercantik, agar memberiku jeda, menata kata hingga titik. Menulis tuntas suara-suara di kepalaku yang gemericik.
Kala itu, tangis perdanaku mengguncang persada. Anugerah Tuhan sang Maha Pencipta. Pun amanah bagi ayah bunda..
Lalu, pada Januari yang lain, saat usiaku menapak dewasa, aku bersua asmara. Duniaku kian indah bernuansa merah muda.
Cinta, cinta, dan cinta, tak ad hal lainnya yang lebih indah. Terbuai ku dibuatnya
Siapa sangka, cinta, tak selalu seindah syair pujangga. Ada kata setia berselimut dusta. Iman setipis tissue, setan dan iblis menjadi kelliip di mata. Si dia tergoda, menoreh luka
Petaka lah akhirnya. Menggilas selaksa asa Aku serasa tersedak kopi sianida, namun napas ku tetap ada.
Kini, januari ku, tiada seindah dulu lagi Cinta hanyalah permainan hati. Biarlah selamanya aku sendiri . Inginku, bulan ini lekaslah berganti.
Bulan pencatat takdir, ketika aku lahir, pun kisah kasih ku berakhir.
***