Lihat ke Halaman Asli

Umi Sakdiyah Sodwijo

Pengelana kata yang riang gembira

Nenek Misterius

Diperbarui: 4 Desember 2021   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar: fimela.com

Malam itu Mama marah besar dan membanting gawai kesayanganku. Kata Mama aku terlalu banyak main mobile legend. Mama nggak tahu kalau menjadi gamer profesional adalah cita-citaku. Jadi aku akan minggat dari rumah. Toh Mama dan Papa sudah nggak sayang sama aku.

"Game nggak ada guna, buang-buang waktu!"

Lihat saja, tanpa Mama pun aku akan sukses. Nanti kalau aku udah banyak uang dari main game, aku akan pulang dan Mama pasti akan menarik ucapannya. 

Pagi itu, selesai sahur aku mengendap-endap dan berhasil keluar rumah tanpa diketahui, tanpa perlu loncat dari jendela. Aku tak membawa apa-apa, hanya sedikit uang hasil membongkar celengan. Aku pun naik bus jurusan Palmerah dan naik kereta api. Waktu beli tiket, aku sebutkan saja stasiun terakhir, Parung Panjang.

Di Parung Panjang aku bertemu seorang nenek renta yang menyandang sebuah tas besar di pundaknya. Dia seperti kebingungan, sedikit linglung tepatnya. Aku pun berniat menolongnya. Mungkin sedikit kebaikan akan menghiburku. 

Aku menjajari langkahnya dan menawarkan bantuan untuk membawakan tasnya yang terlihat cukup berat, tapi dia menolak, bahkan setelah aku bujuk.

"Nenek mau kemana?"

"Mau ke rumah saudara di Jasinga, tapi lupa jalan. Maklum sudah puluhan tahun tak pernah ke sana."

"Sendirian?"

Perempuan tua itu mengangguk. Ternyata dia minggat dari rumah, sama sepertiku. Nenek marah karena anak, menantu, dan cucunya tak ada yang peduli. Terlalu sibuk dengan pekerjaan dan tak pernah ada waktu, walaupun hanya sekedar mengantar Nenek ke rumah saudaranya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline