Lihat ke Halaman Asli

Umi NurBaity

Penulis serabutan

Memandang Palestina dari Kaca Mata Kemanusiaan

Diperbarui: 30 November 2023   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diunduh dari freepik.com


Sudah melebihi jangka satu bulan, Palestina harus menghadapi kondisi perang luar biasa. Hampir setiap hari Israel menyerang melalui penyebrangan jalur laut, darat, dan udara. Pembatasan dari Israel terhadap bantuan dari berbagai negara melalui jalur Rafah. Blokade listrik, air, akses internet, bahan bakar, dan bahan makanan sangat terbatas bahkan menipis persediannya. Menurut data dari kementerian kesehatan di Gaza menyatakan jika korban tewas di Palestina tembus sebanyak 11.000 korban sedangkan 4.506 berasal dari kalangan anak-anak. Sampai bayi-bayi di beberapa rumah sakit terancam kehidupannya karena kondisi perang mencekam. Menurut laporan dari Aljazeera terdapat 21 rumah sakit tidak bisa beroperasi karena kehabisan bahan bakar. Termasuk rumah sakit Indonesia berada di Palestina juga mengalami hal yang sama. Dengan kondisi buruk tersebut tidak membuat Israel berhenti atau setidaknya memberikan jeda. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak usulan gencatan senjata. Beliau mengatakan bahwa tidak akan ada gencatan senjata tanpa pembebasan sandera kami. Hal tersebut membuat pengecaman terhadap Israel semakin gencar dilakukan.

Mengulas Peristiwa Fir'aun 

Penulis pernah membaca pemberitaan nasional dari kementerian pendidikan Palestina jika kurikulum tahun 2023 telah dinyatakan ditutup karena mayoritas murid-murid telah syahid menjadi korban kebiadaban zionis. Duka dan penderitaan dialami oleh mayoritas dari keluarga yang kehilangan anak-anak sangat membuat hati teriris. Suatu ketika penulis mendapati postingan Instagram seorang bapak membawa dua kantong plastik berisi potongan tubuh anak-anaknya karena rumah mereka dibom. Bahkan dikabarkan jika terdapat bayi berusia tujuh hari juga menjadi korban pengemboman. Bayi dan anak-anak telah menjadi target serangan zionis. Penyerangan oleh zionis telah menyalahi hak-hak asasi manusia serta tidak dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Peristiwa tersebut seperti mengingatkan kembali pada saat kisah Fir'aun membunuh seluruh bayi laki-laki Bani Israil. Hal tersebut terdapat dalam firman Allah Surah Al-Qashash ayat 4.

QS. Al-Qashash: Ayat 4 (Juz 20)

Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah. Dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil). Dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuannya. Sesungguhnya dia (Firaun) termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.

Berdasarkan Tafsir Wajiz Kemenag diterangkan pada ayat tersebut Fir'aun digambarkan telah berbuat sewenang-wenang dengan mengakui dirinya sebagai Tuhan. Fir'aun memecah rakyat menjadi dua golongan yaitu masyarakat Mesir dan Bani Israil. Fir'aun menindas Bani Israil dengan cara membunuh seluruh bayi laki-laki serta mempermalukan anak-anak perempuan.  

Dalam kisah itu Fir'aun menindas Bani Israil dengan membunuh seluruh bayi laki-laki karena ditakutkan akan merampas kekuasaannya. Beruntunglah hanya bayi Musa mendapatkan keselamatan dari Allah. Bahkan bayi Musa dirawat oleh keluarga Fir'aun di istananya sampai remaja hingga pada akhirnya menjadi Nabi. Fir'aun dan pasukannya ditenggelamkan dalam Laut Merah karena pertolongan Allah melalui mukjizat tongkat Nabi Musa dalam peristiwa penyerbuan yang mereka lakukan pada saat melintasi Laut Merah. Kesombongan serta kezaliman dari Fir'aun terbukti dapat ditumpas hanya karena tenggelam di Laut Merah. Mukjizat tongkat Nabi Musa tersebut menjadi pembelajaran jika kekuasaan dan kesombongan penguasa hanya bersifat sementara. Dan pasti akan datang pertolongan Allah bagi orang-orang senantiasa beriman dan bertawakal kepada-Nya.  

Melihat Fir'aun

Penguasa bahkan raja sekelas Fir'aun dengan otoritas pengakuan sebagai tuhan saja masih memiliki secuil rasa kemanusiaan dengan membiarkan bayi-bayi perempuan hidup. Tetapi alangkah sangat tidak seimbang ketika titel hanya sekelas perdana menteri disandang oleh Netanyahu sampai memberanikan diri menyaingi Fir'aun dalam hal kemanusiaan. Meskipun keduanya memiliki kekuasaan masing-masing tetapi kerusakan dan kesewenang-wenangan selama berkuasa sangat berbeda jauh. Peristiwa pembunuhan bayi laki-laki di zaman Fir'aun poin penting penyebabnya karena kesombongan tidak ingin tahta kerajaan dihancurkan atau direbut oleh orang lain. Sedangkan Netanyahu bersikeras memperjuangkan Israel untuk merampas tanah jajahan dari tangan Palestina. Hal ini dilakukan oleh Israel dari tahun 1917 sampai sekarang tidak pernah berhasil mencapai target. Penyerangan Israel tidak akan pernah menang karena tanah Palestina merupakan negerinya para Nabi sehingga Allah akan selalu memberikan pertolongan dan perlindungan.

Kepedulian Palestina 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline