Lihat ke Halaman Asli

Umi NurBaity

Penulis serabutan

Bergaya Lewat Fesyen

Diperbarui: 1 November 2020   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi toko baju diunduh dari freepik.com

Berpenampilan menarik adalah impian semua remaja bahkan, menjadi tren di sepanjang zaman. Kita bisa lihat trend dari gaya rambut, pakaian, dan makanan yang terus berubah mengikuti zaman. Pada tahun 90-an, remaja lebih menyukai trend model atasan yang longgar dipadu dengan celana model bawahan yang lebar mirip penyanyi terkenal, Rhoma Irama. 

Atasan yang digunakan biasanya berupa kemeja flanel sedangkan celana bisa berupa jeans yang longgar. Mereka lebih sering meniru pakaian artis-artis yang sedang naik daun alasannya biar kelihatan keren dipandang. 

Penampilan memang penting, sejatinya bisa memberikan kesan penilaian jika dipandang orang lain. Pepatah jawa mengatakan "ajining raga gumantung saka busana" artinya raga manusia itu tergantung dari apa yang dikenakannya maksudnya bisa menyesuaikan penampilan dalam setiap kondisi. Misalnya saat melayat ke rumah duka pasti para pelayat mengenakan pakaian gelap dan longgar. Yang terpenting kita tidak terlalu berlebihan dalam berpakaian, cukup sederhana saja asalkan sopan dan pantas.

Gengsi Lahirkan Bully
Tren semakin berubah, gengsi pun enggan berpindah. Bisa kita lihat dari penampilan remaja yang semakin modis dari hari ke hari. Mereka gengsi jika model pakaian yang dikenakan tidak mengikuti trend zaman. Gengsi tidak dapat dihindari begitu pula dengan aksi bully yang marak terjadi. 

Kemungkinan besar remaja yang kurang mampu dalam hal finansial dan kebutuhan hidup pasti akan disebut "si cupu" sebab dianggap tak selevel dengan mereka. Parahnya, malah jadi ajang pelestarian aksi bullying. Hal ini bisa mengurangi rasa percaya diri pada diri remaja tersebut, bisa jadi menambah beban pikiran juga semakin berbobot. 

Terkadang ada yang sampai melakukan tindakan bunuh diri demi menutupi gengsi. Akan tetapi, lain halnya jika remaja itu bisa berpikir secara jernih dalam arti menjadikan bullying sebagai acuan diri untuk berubah (motivasi). Nah, inilah yang seharusnya bisa diterapkan dalam tiap pola pikir remaja agar mereka belajar dari kehidupan. Mereka diajak menanggapi tantangan dari tingkat yang mudah hingga tingkatan tertinggi sebagai batu lonjakan di masa mendatang.

Hiperboros Remaja

Di era milenial sekarang ini belanja jadi hal yang lumrah, bahkan kita tidak perlu lagi ke toko. Hanya dengan sekali klik di aplikasi saja semua kebutuhan belanja kita terpenuhi. Ini memang memudahkan kehidupan kita tetapi, perilaku konsumtif pun menjadi tantangan tersendiri. 

Coba kita lihat seberapa banyak koleksi pakaian yang bermacam-macam kita beli? Apakah kita membeli karena sangat mendesak ataukah hanya penambah koleksi saja? Seringkali manusia itu khilaf akan perilakunya apalagi soal belanja, sekali datang langsung borong satu toko. 

Begitulah jika kita mengedepankan ego dari pada kebutuhan pokok lainnya. Gunakan uang seperlunya saja, kan sayang uangnya bisa digunakan menabung atau menolong orang kesusahan misalnya anak yatim dan dhuafa. 

Bisa bertambah berkah hidup kita iya kan? Nah, perlu kita tahu bahwa perilaku konsumtif itu tidak hanya berdampak pada diri sendiri tapi juga orang lain lho. Ingat ya apa yang kita miliki sekarang ini hanyalah titipan dan pasti suatu saat akan dikembalikan kepada pemiliknya. Jadi, kita harus bisa memanfaatkan apa yang kita miliki untuk membantu orang lain bukan hanya memperkaya diri sendiri saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline