Lihat ke Halaman Asli

Umi NurBaity

Penulis serabutan

Tontonan Jadi Tuntunan

Diperbarui: 27 Oktober 2020   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi televisi dari freepik.com 

Di era modern sekarang ini nonton menjadi hal yang asyik dilakukan apalagi, saat pandemi covid-19 melanda. Kita bisa menonton beragam acara mulai dari talkshow, kartun animasi, film, berita, dan masih banyak lagi. Di era digital sekarang ini semua serba dimudahkan bahkan, acara televisi pun bisa ditonton lewat gadget saja. 

Tentu tak bisa dipungkiri lagi akan bahayanya tontonan tanpa fitur penyaring di dalamnya. Kita sendiri tentu tidak tahu berapa banyak konten dewasa yang ditonton khalayak bahkan, anak-anak di bawah umur pun ikut menonton. Tentu ini memancing kekhawatiran orang tua terhadap aktivitas anak sewaktu bermain gadget.

Kewaspadaan orang tua terhadap anak menjadi bukti kasih sayang yang tiada habisnya. Terbukti sejak kita lahir kedua orang tua selalu merawat, mendidik, dan memberikan pengarahan kepada kita hingga dewasa. Akan tetapi, si anak selalu saja menganggap bahwa orang tua itu terkesan cerewet dan galak. Dalam mendidik anak memang perlu ketegasan dan kesabaran juga, tidak serta merta menuding, mencemooh bahkan mengancam si anak saat melakukan sesuatu. 

Ada kemungkinan juga si anak yang memiliki karakter yang mudah tersinggung jika dinasihati. Ia merasa diadili oleh orang tuanya sendiri padahal, menurutnya sudah benar tapi masih disalahkan. Ini hanya beda presepsi saja antara anak dan orang tua. Sebaiknya orang tua juga harus paham karakter si anak, bagaimana responnya, dan bagaimana solusinya. Gunakan bahasa yang mudah dipahami, terkesan perhatian, dan berikan alasan yang tepat mengapa hal tersebut dilarang.

Lain halnya dengan orang tua yang sibuk bekerja di luar rumah, seolah rumah hanya tempat mampir tidur saja. Mereka hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan anak secara material bukan psikisnya. Padahal si anak juga perlu rasa kasih sayang dan waktu untuk sekedar bercanda atau ngobrol santai dengan mereka. Mirisnya hal ini menjadi hal langka yang dialami dalam keluarga. 

Dari sinilah si anak tumbuh dari kebebasan yang mereka temukan di dalam lingkungan pergaulan dan masyarakatnya. Mereka bisa kenal siapa saja dan melakukan apa saja tanpa diawasi orang tua, termasuk menonton konten dewasa. Inilah yang membentuk karakter dan perilaku si anak sedari dini. Bisa kita lihat dari gaya bicara anak yang mengikuti tontonan di televisi atau di gadget. Inilah ancaman terbesar bagi orang tua sebagai papan kontrol terbesar bagi anak-anaknya.

Pernah suatu waktu saya melihat dua anak yang bertengkar, setelah saya tanya mereka bilang "biar mirip sama film yang di TV itu." Sontak membuat saya terkejut juga langsung menegur dengan halus. Tentulah ini menjadi pekerjaan rumah bagi dunia penyiaran televisi yang diserbu segala tuntutan. 

Mereka harus lebih bijak dalam menayangkan acara televisi terutama film genre romantis. Seharusnya penayangan film romantis hanya ditayangkan di bioskop atau channel tertentu saja karena menurut saya tidak patut ditonton anak di bawah umur. Sejatinya anak-anak adalah peniru ulung, apa pun yang dilihatnya pasti akan dilakukan saat itu juga.

Selain itu ada pula maraknya penayangan film nuansa konflik rumah tangga dan kekerasan fisik maupun secara lisan. Nah, seharusnya Komisi Penyiaran Indonesia melakukan  pembatasan secara ketat terutama bagi channel yang sering ditonton anak-anak. Bayangkan saja jika setiap pagi hingga petang si anak disuguhi tontonan tidak pantas tersebut. 

Dari sini kita harus mulai berpikir bagaimana jadinya jika generasi penerus bangsa dicekoki dengan tontonan yang tidak mendidik. Ingat dampak negatif dari tayangan televisi maupun gadget sangat berpengaruh pada segala aspek kehidupan. Pepatah berkata "siapa yang menanam pasti akan menuai" artinya segala sesuatu itu pasti akan ada dampaknya. Kita wajib waspada dan berhati-hati sebab, segala sesuatu itu tidak hanya berdampak pada orang lain tetapi juga pada diri kita sendiri.


Salam satu pena

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline