Lihat ke Halaman Asli

Umi maulinda

Mahasiswa S1

Kembalinya Benteng Vredeburg di Yogyakarta

Diperbarui: 30 Juni 2024   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah sekian lama Benteng Vredeburg di Yogyakarta kini kembali dibuka untuk umum, dengan membawa gelombang perasaan dan pikiran banyak orang, terutama bagi mereka yang memiliki ikatan emosional dan historis dengan tempat ini. Kembalinya Vredeburg sebagai destinasi wisata dan edukasi memberikan angin segar bagi para pecinta sejarah, seniman, dan masyarakat umum yang ingin menggali kembali kekayaan budaya dan sejarah Yogyakarta. Bagi generasi tua, Vredeburg adalah pengingat masa lalu yang penuh perjuangan dan keberanian. Mereka yang pernah mendengar cerita dari kakek nenek mereka tentang masa-masa penjajahan dan perjuangan kemerdekaan, kini mereka dapat melihat langsung tempat yang menjadi saksi bisu sejarah tersebut. Membawa anak cucu ke Vredeburg adalah cara untuk mewariskan pengetahuan dan kebanggaan akan sejarah bangsa.

Selama masa kolonial, Vredeburg bukan hanya markas militer tetapi juga tempat di mana budaya bertemu dan berkonflik. Rakyat Yogyakarta kerap mengadakan pertunjukan seni dan budaya di sekitar benteng sebagai bentuk perlawanan halus terhadap penjajahan. Wayang kulit, tarian tradisional, dan gamelan sering dimainkan di sana, menghidupkan semangat perjuangan dan identitas budaya. Bagi para pelajar dan akademisi, Vredeburg adalah tambang pengetahuan yang berharga. Dengan berbagai diorama, artefak, dan dokumentasi sejarah yang dipamerkan, benteng ini menjadi sumber inspirasi dan edukasi yang tak ternilai. Berkunjung ke Vredeburg merupakan cara untuk memahami lebih dalam tentang sejarah Indonesia dan perjuangan kemerdekaan, serta refleksi tentang pentingnya mempertahankan kemerdekaan tersebut.

Tidak hanya sebagai situs sejarah, Vredeburg juga berfungsi sebagai pusat seni dan budaya. Para seniman lokal sangat antusias dengan dibukanya kembali benteng ini, karena mereka melihatnya sebagai ruang untuk mengekspresikan diri dan memperkenalkan karya mereka kepada masyarakat luas. Berbagai pertunjukan seni, mulai dari tari tradisional hingga pameran seni kontemporer, dapat diadakan di sini untuk menciptakan sinergi antara sejarah dan seni modern. Dari segi ekonomi, kembali dibukanya Vredeburg membawa dampak positif, untuk sektor pariwisata, ekonomi lokal, restoran, hotel, dan pedagang kaki lima di sekitar area karena merasakan manfaatnya dengan meningkatnya jumlah pengunjung atau wiisatawan, baik lokal maupun mancanegara yang tertarik untuk mengunjungi benteng ini.

Kembalinya Benteng Vredeburg sebagai destinasi wisata dan edukasi membawa banyak pemikiran positif dari berbagai kalangan. Dari nostalgia dan kebanggaan akan sejarah, hingga peluang belajar, kreativitas seni, dan dampak ekonomi, Vredeburg memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Yogyakarta dan Indonesia pada umumnya. Dengan menjaga dan merawat situs bersejarah ini, kita tidak hanya menghormati masa lalu tetapi juga menciptakan masa depan yang kaya akan budaya dan pengetahuan. *) Umi Maulinda, Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Ahmad Dahlan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline