Lihat ke Halaman Asli

Umi Maslakha

Pendidikan Islam Anak Usia Dini, D99219074

Peran Orangtua Dalam Meningkatkan Kepercayaan Anak Usia Dini

Diperbarui: 4 November 2021   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Orang tua pada dasarnya merupakan peran utama yang paling penting dalam pengembangan  dan pembentukan karakter, keprilakuaan, dan rasa kepercayaan diri. Orang tua harus mampu dalam memainkan peran yang mereka perankan serta fungsi yang sebaik mungkin agar anak-anak bertumbuh dan berkembang berdasarkan pola asuh yang baik dan benar. (E.B. Subarti, 2012).  Sebagai orang tua kita harus menyanyangi anak-anak kita tanpa pengecualian, meski ada yang normal ataupun memerlukan perhatian ekstra maksudnya yaitu anak berkebutuhan khusus. Penulis akan menjelaskan tentang anak berkebutuhan khusus, anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam tumbuh kembangnya mengalami hambatan atau atau penyimpangan baik itu secara fisik, mental, sosil emosional, dan komunikasi berbeda dengan anak yang lainnya sehingga membutuhkan pelayanan khusus. (Shulton, 2020). Anak berkebutuhan khusus berdasarkan hambatan atau penyimpangan yang mereka alami yaitu hambatan fisik, mental-itelektual, sosial emosional, dan komunikasi. Oleh karena itu maka jenis-jenis anak berkebutuhan khusus sebagai berikut: tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunarungu, tunalaras, dan yang terakhir anak autis.

Disini penulis akan membahas anak berkebutuhan khusus yang tunadaksa, tunadaksa sendiri adalah anak yang mengalami bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, persendian dan saraf yang disebabkan oleh penyakit, virus, dan kecelakaan baik yang terjadi sebelum lahir, saat lahir dan sesudah kelahiran. (Imelda Pratiwi, Hartusujono, 2014) Tunadaksa berasal dari kata "tuna dan daksa", tuna artinya  rugi, kurang, sedangkan daksa artinya tubuh. Sehingga tuna daksa ditujukan kepada mereka-mereka yang memiliki anggota tubuh yang kurang atau tidak sempurna, misalnya buntung atau cacat. Cacat yang dimaksud disini adalah cacat tubuh dan cacat fisik, yang mana mereka memiliki cacat pada anggota tubuh bukan cacat pada inderanya. Anak tunadaksa mengalami gangguan pada perkembangan motorik, bahasa, emosi, sosial, dan penyesuaian diri. Hal ini bisa terjadi karena keterbasatan anak tunadaksa dalam aktivitas fisiknya dan mobilitas.

Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Tanpa adanya kepercayaan diri yang dimiliki oleh setiap manusia akan timbul berbagai masalah yang akan datang atau yang dihadapinya, karena tingkat kepercayaan diri seseorang dapat diprediksi membuat orang tersebut menjadi sukses dan berhasil. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan yang ada di dalam dirinya serta mereka memiliki harapan yang realitis, bahkan ketika harapannya tidak terwujud atau tidak sesuai dengan ekspetasinya, mereka akan tetap berpikir secara positif dan menerimya dengan ikhlas.

Sama halnya bagi anak berkebutuhan khusus, khusunya anak tunadaksa mereka mengalami rasa terkucilkan dari lingkungan masyarakat, tidak punya rasa percaya diri, malu dengan keadaannya sendiri, menyalahkan diri mereka sendiri dan juga mereka lebih senang mengurung diri mereka sendiri daripada harus berbaur dengan masyarakat diluar sana. Dari sinilah dapat dilihat orang-orang disekitar mereka dibutuhkan terlebih lagi orang tua mereka yang notabenya adalah orang yang mengasuh mereka dari kecil dan orang tualah yang menciptakan kehidupan yang beragam, saling menghargai, saling menyayangi dan juga mendorong anak untuk meningkatkan rasa kepercayaan dirinya.( Nurmala S.A Hutagalung, 2018).  Melihat kondisi yang dialami oleh anak tunadaksa maka sudah menjadi kawajiban peran orang tua disini diperlukan dalam meningkatkan potensi serta rasa kepercayaan diri. Orang tua memberikan perhatian dan bantuan kepada anak mereka tidak hanya saat anak mereka merasa terkucilkan, tidak, orang tua harus memberikan peran yang dibutuhkan oleh anak setiap harinya entah itu dengan kata-kata yang menyemangati, memberikan gambaran bahwa dunia yang mereka alami tidaklah semenakutkan yang mereka bayangkan, serta orang tua juga memberikan fasilitas pendidikan yang sesuai dengan keadaan anak, seperti menyekolahkan di sekolah khusus anak yang mengalami keterbatasan atau bisa disebut dengan (SLB) agar anak terlatih mampu membaur atau bisa beradaptasi dengan masyarakat luar dan tidak merasa malu atas apa yang menimpanya.( Nelchi Terik, 2019)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline