Lihat ke Halaman Asli

Marfa Umi

Blogger

Lampu Merah

Diperbarui: 9 Juni 2023   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pict:  emkanicepic, Pixabay

Tiga tahun terakhir, saya jadi sering bolak balik dari dan ke Purwokerto untuk beberapa urusan, nostalgia masa kuliah, atau sekadar bertemu dengan teman-teman. Perjalanan sepanjang 35-40 menit dengan sepeda motor ternyata membawa banyak cerita. Mulai dari jalanan mana yang paling cepat ditempuh, jam-jam berapa jalanan tertentu ramai, sampai bagaimana menikmati menit demi menit berada di jalan sebelum sampai tujuan.

Momen kontemplatif sering saya dapatkan ketika sedang berhenti karena lampu merah dan betapa dari perjalanan seperti ini saja mewakili hal kecil dalam kehidupan. Ada kalanya susah sekali menyalip kendaraan roda empat di depan, dan momentum tersebut baru didapatkan setelah berhenti di lampu merah. Ada kalanya ingin cepat sampai, namun sepanjang jalan terus bertemu lampu merah. Begitu juga ketika ingin berlama-lama saja di jalan, justru yang didapatkan lampu hijau terus menerus.

Seperti momentum di waktu yang tepat di mana segalanya terasa pas dalam hidup yang selalu kita tunggu-tunggu, begitu demikian dengan lampu merah. Momentum tersebut didapatkan setelah ribuan kali percobaan, ribuan kali "mengalah" dengan orang-orang lainnya, bergiliran, bergantian. Hingga pada akhirnya menyadari bahwa ada hal lain bernama kesabaran yang terlatih dan penerimaan, dari pada tujuan utama tersebut saja. Bukan lagi sekadar hanya menunggu, namun mengganti strategi dengan mengubah jam keberangkatan, mengisi bahan bakar lebih awal, dan jika semuanya telah dilakukan---tinggal berserah.

Ribuan kilometer, dan semoga salah satu kilometernya adalah jalanmu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline