Sudah seminggu Arya tidak masuk sekolah karena batuk. Semula aku mengira itu hanya batuk biasa yang disebabkan alergi makanan atau perubahan cuaca. Biasanya setelah beberapa hari akan sembuh sendiri. Apalagi kondisi tubuhnya sehat dan porsi makannya juga tidak berubah. Itulah yang membuatku merasa belum perlu membawanya berobat ke dokter. Aku memberinya obat batuk yang dijual di apotek. Tapi setelah seminggu minum obat, batuknya tetap membandel. Tidak ada perubahan apapun.
Dan setelah satu minggu Arya tidak masuk sekolah, aku mulai khawatir, dia akan ketinggalan pelajaran. Tapi melihat kondisinya saat batuk, lebih menyedihkan lagi. Tidak perlu ada pemicunya, tiba-tiba batuk terus menerus, tidak ada jeda. Batuknya muncul sesekali tapi sekali batuk tidak berhenti sampai beberapa saat. Sampai Arya terlihat kelelahan. Seringkali saat batuk, terdengar seperti dahak akan keluar, tapi segera ditelannya kembali. Seperti saat ini, ketika selesai sholat Isya Arya mulai batuk lagi.
" Dek, tolong kalau dahaknya mau keluar, jangan ditelan lagi. Dahak itu yang membuat Adek terus-terusan batuk. Kalau dahaknya keluar nanti tidak akan batuk lagi." Berulangkali aku memberi pengertian, tapi tetap saja Arya menelan kembali dahak yang sudah dalam mulut.
"Aku takut keluar darah, Bu," alasannya. Dulu Arya pernah batuk disertai demam, saat batuk tiba-tiba keluar darah. Tidak banyak, tapi cukup membuat panik dan aku segera membawanya ke rumah sakit. Sempat menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Inilah yang membuat Arya trauma. Batuk darah dan rawat inap di rumah sakit.
" Minum, Bu," katanya kemudian. Aku segera mengambil segelas air hangat dan memberikannya kepada Arya. Saat dahak tidak bisa dikeluarkan dan batuk tidak berhenti, pilihanku satu-satunya hanya memberinya minum air hangat. Kadang rebusan air jahe hangat. Hanya agar tenggorokannya tidak kering dan dahaknya ikut tertelan. Setelah minum air hangat batuknya memang sedikit reda.
Wajah merah dan lelahnya terlihat menyedihkan. Aku menepuk punggungnya pelan. Arya kemudian berbaring dan ritual sebelum tidur pun dimulai. Aku mengoleskan vicks vaporoub di dada, leher dan punggungnya. Terakhir, balsam itu aku dekatkan ke hidungnya. Arya menghirup aroma khasnya yang melegakan. Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Sudah waktunya tidur.
" Dek... batuknya bandel, ya. Adek juga sudah seminggu tidak masuk sekolah. Kalau besok batuknya tambah parah, kita berobat ke dokter, ya?" Kataku sambil mengusap punggungnya.
" Aku pengen sembuh, Bu. Aku mau masuk sekolah lagi." Arya memelukku. Aku menarik nafas dalam-dalam, sedih dan prihatin.
" Batuk itu bisa dilawan sama tentara yang ada dalam tubuh kita, Dek. Namanya sel darah putih. Nah, agar sel darah putihnya kuat melawan batuk, Adek harus makan makanan yang bergizi. Harus mau makan sayur. Makan buah juga, ya?"
" Makan ayam juga?" tanyanya. Aku tersenyum, anak ini memang hobi makan ayam goreng.
" Iya, ayam juga. Tapi tidak boleh sering-sering. Harus ada variasi. Harus ada sayur dan buah, juga minum susu. Nah...Adek kenapa sekarang tidak mau minum susu?"