Sebagaimana kebutuhan fisik hidup manusia yaitu asupan makanan, maka seks bisa juga menjadi kebutuhan manusia. Gabungan antara fisik dan non fisik, dimana ujung puncaknya bersifat fisik.
Sebagaimana juga kebutuhan asupan makanan, tiap manusia berbeda kebutuhannya. Namun yg paling membedakan dari makanan dan seks adalah campur tangan Otoritas diluar diri manusia atas seks dan segala hal terkait dengannya. Apabila makanan sebagai kebutuhan hidup utama manusia,kebutuhan individu campur tangan otoritas di luar manusia sebatas kebijakan ketersediaan da harga, namun ketika sudah tersedia dan dapat dijangkau manusia maka manusia dengan bebas tanpa gangguan memakannya (memenuhi kebutuhannya), karena kebebasan itu pula yang banyak menjerumuskan manusia pada penyakit (fisik).
Nah berbeda dengan makanan, seks sebagai kebutuhan tiap manusia berbeda. Bentuk ekspresinya pun berbeda. Namun ekspresi ini pulalah yang paling banyak dicampuri oleh otoritas di luar diri manusia. Entah mengapa seks dianggap lebih berbahaya dibandingkan makanan yang tidak mengandung racun tetapi bisa mematikan. Nah ketika jenis makanan membahayakan kehidupan manusia secara langsung baru otoritas sibuk merazia dan memusnahkannya. Adapun seks dan hal seputarannya, hubungan dan ekspresinya, "sangat dianggap membahayakan" sehingga otoritas di luar manusia mau repot mengurusnya. Langsung atau tak langsung.
Sebenarnya otoritas di luar manusia itu adalah bentukan manusia sendiri Negara, birokrasi dan aparaturnya, serta swasta yang menyediakan pelayanan maupun produk.Otoritas ini ikut mengatur seks manusia karena sejatinya mungkin agar manusia tidak seperti hewan dalam kaitannya dengan hubungan seks, karena hewan mahluk yang secara strata spiritual dan lain sebagainya dibawah manusia.
Yang menjadi permasalahan adalah ajaran yang mengklaim dekat dengan Sang Pencipta lalu mendominasi pengaturan seks dan seputarannya. Alih-alih manusia hidup saling menyayangi dan mengasihi ketika seks terungkap atau ekspresi seks diketahui (padahal itu bersifat pribadi dan rahasia) Otoritas ikut campur bahkan menciptakan penderitaan.Toh manusia sama2 diciptakan oleh Yang Maha Kuasa, kenapa ada manusia lain seolah-olah berkuasa penuh atas kehidupan manusia lainnya, padahal dia pun tak tahu kehidupan setelah kematian, kehidupan sebelum dia dilahirkan.
Padahal Otoritas yang pantas adalah memberi perlindungan kepada manusia dari menyakiti manusia lain. Bukannya malah mendorong manusia lain menyiksa atau menyakiti manusia lain.
Secara sederhana manusia di bumi punya tugas yang sama tapi peran berbeda. Tugasnya menjaga bumi dari ketidak harmonisan (alam dan kehidupannya livin dan unliving things). Termasuk keharmonisan sesama manusia, tidak bertikai, tidak membenci apalagi menghakimi (sudah ada tugas ini) bukan hakim otoritas yang urusamnya pengadilan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H