Lihat ke Halaman Asli

Umi Lasminah

warga Jakarta, Indonesia, Semesta. Manusia adalah paling mulia, paling sederhana sekaligus paling kompleks

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Johnny Depp-Amber Heard

Diperbarui: 2 Mei 2022   20:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumbe: antaranews

Kekerasan antar manusia pemicu utamanya adalah h irarki kekuasaan. Dalam banyak kasus di dunia yang patriarki maka laki-laki adalah pemilik kuasa dan perempuan yang dikuasai. Fakta intinya adalah Ketidak setaraan. 

Ketika kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi pada rumah Johnny Depp dan Amber Heard muncul ke permukaan tahun 2016, saat itu gerakan #meetoo yaitu melawan kekerasan terhadap perempuan bentuk pelecehan seksual mulai merebak di dunia industri film Amerika Serikat. 

Gerakan Meetoo menjadi puncak yang isu mendunia 2017 (khususnya amerika utara dan eropa) ketika raksasa industri hiburan film Harvey Weinsten dinyatakan bersalah, dan terbukti melakukan pidana dari tuntutan korban papan atas pelaku industri film Hollywood. Gerakan #meetoo melahirkan TIMESUP organisasi non profit yang membantu korban pelecehan seksual.

Kekerasan dalam rumah tangga pada umumnya dilakukan pemilik kuasa, yaitu laki-laki. Ketika ada laki-laki yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan pelakunya perempuan, penelusuran ketimpangan/ketidak setaraan dapat menjadi penerang mengapa kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan seksual teraji. 

Kisah Indicent Obsession di antara Boss dan Bawahan, diperankan oleh Demi Moore dan Michael Doughlas menunjukkan ketimpangan kekuasaan, hirarki kekuasaan, dimana perempuan berkuasa "di kantor" terhadap laki-laki lalu melakukan pelecehan seksual.

Di dalam rumah tangga Johnny Depp dan Amber Heard  (JD-AH) ketimpangannya adalah emosional. Ketidak seteraan emosional. Bukan karena laki-laki selalu pemegang kekuasaan politik dan domestik. Saya tidak menyimak detil kisah sidang JD dan AH, namun dari yang saya tangkap adalah Johnny Depp dimasalalunya juga mengalami kerapuhan emosional terkait ibunya. Hal-hal penting yang menyangkut diri, kepercayaan dan penghargaan cinta dan kasih sayang pada laki-laki menjadi lebih penting sebagai bentuk "kuasa" bila dapat tersalurkan/terekspresikan secara positif dan tidak mendapat penolakan. Namun bila terjadi penolakan dan resistensi dari penerima biasanya berlaku dua reaksi, memaksakan kehendak melakukan kekerasan membunuh, atau merendahkan diri, memelas bahkan akhirnya kehilangan pijakan dan bunuh diri. Dibanyak kasus bunuh diri pada laki-laki, ketidak berdayaan emosional, mendorong terjadinya bunuh diri. 

Ada dua ekstrem ekspresi ke luar atau ke dalam, yang cenderung negatif. Seorang teman berkata, bahwa sesungguhnya mahluk yang emosional itu laki-laki, kalau tersinggung bisa bacok-bacokan bunuh-bunuhan tapa memikirkan emosi baik. Sedangkan perempuan masih bisa menahan emosi, dengan menangis atau menahan emosi dan hati dengan mengungkapkan secara verbal.

Adapun kasus ketidak setaraan yang terjadi pada JD AH adalah korban "JD" tidak menginginkan yang buruk mengingat adanya trauma sehingga tidak melawan atau take a stance. Menghadapi ketakutan dengan tidak melawan. 

Kekerasan dalam rumah tangga bisa terjadi pada siapa saja, namun hirarki kekuasaan bukan selalu dalam bentuk penguasaan gerak hidup; ruang gerak; ekonomi; fisik namun Kekuasaan Emosional juga menjadi penentu seseorang dapat mempermainkan orang lain, emosinya. Tak heran The Chicks melahirkan lagu "Gastligter" dimana manipulasi dapat dilakukan oleh mereka yang Kekuasaan mempermainkan emosi orang lain, dalam hal ini perempuan,istri yang menjadi korban karena suaminya selingkuh, malah menyalahkan istri, dan mencapnya dengan berbagai tuduhan seperti gila dsb. Mirip dengan apa yang dilakukan AH terhadap JD, atau mirip juga dengan yang dilakukan fans Ikatan Cinta yang mendukung "perselingkuhan" antar aktris dan aktornya....Gaslighter serupa dengan passive agressive dalam tingkah lakunya...

TIMES UP yang berdiri tahun 2018 untuk membantu perempuan pencari keadilan khususnya dalam tindak kekerasan terhadap perempuan khususnya pelecehan seksual dengan dukungan layanan hukum yang didayakan melalui penggalangan dana. Timesup melembaga menjadi entitas organisasi sipil penggalangan dana spesifik untuk membantu korban kekerasan seksual yang mencari keadilan.

TIMES UP pernah mempunyai CEO, mantan presiden WNBA Woman National Basketball Association, Lisa Borders yang dipegangnya hingga 2019. Lisa Borders mengundurkan diri karena putranya diduga melakukan kekerasan seksual.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline