Lihat ke Halaman Asli

Umi Lasminah

warga Jakarta, Indonesia, Semesta. Manusia adalah paling mulia, paling sederhana sekaligus paling kompleks

Menahan Hak Orang

Diperbarui: 6 Maret 2022   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelabuhan Jayanti Pangandaran by @umilasminah

Menahan Hak Orang 

Setiap kita manusia dianugrahi berbagai macam bagian dari orang lain. Sebut saja ada hak orang didiri kita. Pada umumnya hak orang ke orang lain lebih difokuskan pada materi, rejeki. Sehingga ada kewajiban zakat dan pajak. Ada hak lainnya yang non materi dari orang ke orang, yang seringkali diabaikan. Perasaan baik, pujian, anggapan baik dari orang satu terhadap orang lain sesungguhnya adalah Hak si penerima (orang yang ada dipikiran, perasaan yang mendapat pujian dari hati).

Impresi, atau kesan yang sifatnya pribadi, artinya hanya bisa ada atau dihadirkan dari orang tertentu pada orang tertentu lainnya. Kesan ini bisa melahirkan rasa, dan berwujud macam-macam, dan yang paling tinggi derajatnya adalah Cinta. Maka ada ungkapan cinta pada pandangan pertama, sebenarnya kesan pertama menimbulkan Cinta. Karena sifatnya pribadi artinya yang mengetahui adalah yang merasakannya.

Bagi saya kesan pertama yang menimbulkan Cinta adalah titipanNya, berkahNya yang paling mulia. Sehingga karena itu titipanNya maka harus disampaikan pada yang berhak, pada orang yang menimbulkan rasa itu. Adapun karena wujudNya Cinta maka harus menimbulkan kebaikan, kebahagiaan dan kemuliaan. Logika sederhananya, dari milyaran manusia mengapa hanya orang tersebut yang menyita pikiran dan hati, kadangkala mengandung sebab atau menjadi "penyebab" lahirnya desire (hasrat) dan keinginan (will) intimasi fisik juga.

Sebagai berkah yang paling tinggi dari titipannya yang 'tak berwujud' materi, namun dapat menimbulkan dampak materi (fisik), selayaknya manusia menjaga Rasa Cinta agar tak berubah menjadi negatif. Bagaimanapun siapa yang ketitipan Cinta untuk disampaikan kepada orang lain, dia mendapat berkah 'mencintai' karena secara logika dari jutaan manusia mengapa dengan "satu" orang ini saja si penerima berkah Cinta merasakan kondisi-situasi pribadi yang berbeda dibanding tanpa berkah Cinta.

Sedangkan dia yang menjadi sasaran "kiriman titipan" cinta dariNya melalui orang yang mencintai, jika tidak mendapat titipan Cinta juga, atau tidak mempunyai titipan serupa (balasan/rasa cinta) maka akan berada dalam situasi yang bermacam-macam. Rikuh. Tidak Enak. Ackward dsb.

Sebagai orang sering menerima titipan Cinta "asmara" dan cinta "dharma" untuk disampaikan kepada orang, maka disaat yang sama ada tahu bagaimana rasanya ketika sang tertuju tak menerima, atau tak bisa membalas, maka rasa "ditolak" itu yang membimbing juga untuk bersikap hati-hati terhadap mereka yang mungkin ada titipan Cinta ke diri kita.

Sejak awal selalu hindari memberikan balasan, pertama karena memang tak ada "rasa" apa-apa, kedua karena tak mau memberi harapan cinta. Pernah suatu ketika ada yang "suka" hingga meneror, masuk ke ranah pribadi akses catatan pribadi, dan saya bersikap balik marah. Yang seperti ini bisa dilakukan, karena buku catatan pribadi adalah privat, tak ada yang berhak mengakses kecuali sang pemilik buku catatan, atau atas persetujuan pemilik buku catatan pribadi tersebut. Ada juga yang mengirimkan puisi-puisi tapi karena tak suka maka kusampaikan dengan sopan penolakan, ketika memaksa dan tak beretika,  baru kata-kata balasan bersifat dan firm tajam disampaikan.

Bagaimana pun Cinta yang menghubungkan dua manusia berbeda dengan satu dengan lainnya. Implementasinya pun berbeda. Sebagaimana hak dasar lain yang immaterial (terkait dengan Rasa: aman, percaya, sehat), cinta adalah kebaikan dalam bentuk hak memberi dan menerima, apabila tidak baik, maka yang menumpang pada cinta sebagai hal yang diwaspadai.

Semata-mata didalam Cinta yang menjadi jembatan utama penyatuan jiwa raga dua manusia, ada rasa "memiliki" atas kenyamanan yang ditimbulkannya. Rasa posesif yang sangat manusiawi. Sebagai salah satu rasa yang utama, emosi cinta dapat bersifat sementara dalam durasi, namun menetap reguler dalam kelanggengan hidup. Bila anda cinta pada seseorang (persepsi baik, keinginan dekat dalam kebaikann), sampaikanlah, karena seperti kata Passenger  "Don't be scared of failure The only failure is never to try"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline