Lihat ke Halaman Asli

Umi Lasminah

warga Jakarta, Indonesia, Semesta. Manusia adalah paling mulia, paling sederhana sekaligus paling kompleks

Mengenali Yang Maha Kuasa Cara Nusantara

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bangsa Indonesia sejak proklamasi 1945 menyebut diri sebagai Bangsa Yang BerTuhan. Sebagaimana disebut dalam sila pertama Pancasila,yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.Pembukaan UUD1945 disahkan 18 Agustus 1945.


Pendirian Negara Republik Indonesia menandai makna baru berketuhanan. Kata-kata KeTuhanan Yang Maha Esa adalah pengakuan tentang Yang Maha Kuasa yang dianggap Satu, tetapi mengakui berbagai agama yang ada di Indonesia.


Secara faktual Soekarno penggagas Pancasila, dalan pidato 1 Juni 1945 menyebutkan sebagai Ketuhanan Yang Berkebudayaan, dan bukan dalam sila pertama. Soekarno pada titik ini mengakui ajaran Leluhur yang mengedepankan Budaya dalam berhubungan dengan Yang Maha Kuasa.


Yang Maha Kuasa dalam ajaran Leluhur adalah suatu kemampuan dari Para Pengemban Kuasa yang mengedepankan tatanan Pengaturan Jagad Besar (semesta alam raya) dan Jagad Kecil (manusia).


Yang Maha Kuasa terejawantahkan dalam suatu kejadian yang diatur oleh para Beliau Yang Memiliki Kuasa untuk melakukan sesuatu di Jagad Alam Semesta Raya-Se Angkasa- Dsb.


Bila selama ini kalangan agama tertentu hanya diperkenalkan pada Yang Maha Esa, lalu malaikat yang membantunya, maka dalam Ajaran Leluhur Yang Maha Kuasa Tertinggi dalam Struktur mempunyai bawahan yang jumlahnya banyak yang mengatur mengelola semesta raya.


Ajaran Leluhur Nuswantara pula yang memberi pemahaman yang hampir sama dengan yang sering dikutip oleh ajaran luar negeri (monotheisme), yaitu Manusia mahluk sempurna, manusia Keturunan Tuhan.


Tetapi ajaran monotheisme dari Luar Nusantara gagal memberi Pemahaman tentang Pengelola Alam Semesta. Bahwa Yang Maha Kuasa sebagai Yang Maha Mendengar, tetapi mengapa doa dilantangkan suaranya, berteriak-teriak.


Bahwa orang Indonesia berketuhanan adalah benar adanya, buktinya agama tumbuh subur, bermacam2. Hal ini dikarenakan keinginan bangsa Indonesia dekat dengan Penciptanya, dekat pada Nenek Moyangnya sendiri Yang Maha Kuasa.


Sedangkan Ajaran Leluhur kita meminta langsung pada Beliau yang memang ditugaskan Yang Maha Kuasa Struktur Tertinggi Maha Pencipta, dan para Beliau adalah benar Nenek Moyang bangsa Indonesia, Leluhur yang menguasai Alam Raya. Cukuplah kita berdoa dalam hati, para Beliau akan mendengar doa kita. Namun pertama sekali adalah kita mengakui dan Menghormati Beliau, Yang Maha Kuasa (Batara-Batari, Dewa-Dewi,Hapsoro-Hapsari,Bidadara-Bidadari, Kyai-Nyai Danghyang)...disinilah Pengenalan kita Atas KuasaNya.Bahwa ada Beliau yang bertugas mengatur binatang air tawar yaitu Dewi Gendari, ada Beliau yang bertugas mengelola gempa bumi ... Atau ada Beliau yang mengatur atau menguasai wabah penyakit.. Ada Beliau yang mengatur menguasai binatang melata.. Juga Penguasa Lapisan Bumi..


Sayang sekali perangkap ajaran luar telah menjauhkan banga Indonesia dari Nenek Moyangnya sendiri Leluhur Yang Maha Kuasa..tentang hal ini bisa dipelajari di


Jagad Gumelar


www.lakubecik.org




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline