Lihat ke Halaman Asli

Umi Lasminah

warga Jakarta, Indonesia, Semesta. Manusia adalah paling mulia, paling sederhana sekaligus paling kompleks

5 Menit Melahirkan Tanpa Caesar, Bisa! Dan Tidak Sakit

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1404736087381857194

[caption id="attachment_332483" align="alignleft" width="300" caption="Silvi dan putrinya Atifah"][/caption]

5 Menit Melahirkan Tanpa Caesar, Bisa! Dan Tidak Sakit.

True Story Perempuan Modern  Indonesia

Kehidupan sosial budaya Indonesia jaman modern kini, pengaruh dari luar telah merasuk ke semua sendi kehidupan dan hampir menghilangkan tradisi warisan leluhur. Perempuan pada umumnya taken for granted kejadian  peristiwa kawin, lahir, mati. Semua itu suatu adalah peristiwa penting yang dapat membentuk kebaikan dan kesejahteraan  manusia. Peristiwa tersebut menjadi suatu kejadian biasa, rutin dan tak istimewa. Padahal dalam tatanan kebudayaan Nusantara peristiwa  yang terkait dengan kelangsungan generasi itu mempunyai tradisi luhur yang menjamin kehidupan yang nyaman bagi manusia. Pada semua peristiwa tersebut perempuan berperan dalam pelestarian nilai luhur. Sebagaimana saya tulis http://wartafeminis.com/2007/03/13/indonesia%E2%80%99s-women-local-culture/ prosesi melahirkan, nikah, lahir, dan mati menjadi penting dan membentuk budaya gotong royong.

Berbagai contoh yang dipaparkan diatas, terutama terkait gotong royong atau kolektivitas dalam persiapan prosesi, dan pelaksanaannya belum mengambarkan bagaimana pengalaman personal perempuan dan makna apa yang tersurat dan tersirat dari prosesinya.  Beruntung saya dapat menemukan bukti dari tradisi yang dipraktekkan perempuan, dan memiliki dampak positif, dari pengalaman personal. Praktek menjalankan tradisi hingga kini penjelasan rasionalnya masih belum tersebar luas.  Adapun pada kesempatan ini, saya menemukan bukti positif justru dari perempuan modern Silvia Yuliasari, mahasiswi Internusa yang menjalani proses ritual pernikahan dan melahirkan menuruti tradisi dan terbukti berhasil.

Silvi menjalani prosesi mulai dari lamaran, pernikahan, hingga hamil dan melahirkan mengikuti tatacara yang diajarkan oleh Mbah Putri (nenek perempuan). Tulisan ini akan menceritakan tentang proses kehamilan dan melahirkan.

Tiga bulan setelah menikah Silvi berusaha untuk menjadi hamil, namun belum terjadi, hal ini bisa saja karena usaha yang dilakukannya belum singkron dengan alam semesta, khususnya Yang memegang kunci proses kehamilan. Namun setelah mendapatkan wejangan dari Mbah Putri-nya, yaitu salah satu cara mewujudkan keinginan hamil adalah dengan menginjak kaki perempuan hamil sambil diniatkan dihati. Dan Silvi melakukannya, kemudian ia hamil.

Ketika hamil pun ada banyak tradisi yang harus dilakukan demi kebaikan kondisi ibu dan anak dalam kandungan. Ada banyak pantangan bagi perempuan hamil. Menjaga perkataan, menjaga pikiran dan hati dari suatu tindakan yang negatif, dan ada cara laku tertentu untuk melancarkan jalannya jabang bayi keluar menuju dunia. Ada banyak contoh anak-anak dengan ciri tertentu disebabkan karena saat kehamilan sang ibu maupun ayahnya melakukan tindakan yang dipantang. Seperti anak berbibir sumbing, umumnya sang ayah mancing ikan, dan mengeluarkan kail dari mulut ikan.Menjaga perkataan dan melakukan penghinaan, baik diucapkan maupun dalam hati,  bercandaan atau cemoohan atas mahluk lain juga sangat tidak disarankan. Seorang ibu di lingkungan penulis tinggal memiliki anak yang bongkok, karena saat hamil dia menertawakan seorang  laki-laki bongkok. Pantangan lain juga adalah agar ibu hamil menjaga kebersihan dan berusaha sesempurna mungkin di dalam menggunakan perlengkapan dan peralatan rumah. Misalnya jangan mengelap kotoran ditangan dengan baju yang dipakai, atau menggunakan gelas atau piring yang gompel/pecah. Ibu yang saat hamil sering mengelap kotoran dibaju yang dipakainya antara lain anak yang dilahirkannya nanti akan banyak tompel, atau tahi lalat besar, juga yang menggunakan piring atau gelas pecah.

Selain itu, untuk melancarkan jalannya lahirnya bayi, maka ‘jalan’ dunia untuk sang bayi pun dibersihkan. Maka hal itu dilakukan dengan membesihkan jalan yang dilalui oleh Silvi selaku ibu hamil. Sang ibu mau membersihkan setiap ada kotoran di depannya, kertas, paku, sampah apapun dibersihkan. Di rumah, di jalan dimana saja, sambil diniatkan untuk jabang bayi. Mbah Putrinya Silvi juga melakukan hal yang sama. Semua diniatkan dalam hati agar lancar saat anak kandungan lahir ke dunia. Bahkan menjelang Silvi melahirkan, Mbah Putrinya Silvi menyapu dan membersihkan halaman dan semua bagian rumahnya, meskipun saat itu Mbah Putrinya tidak bersama Silvi.

Tepat pada tanggal 4 Mei 2010, diusia kehamilan masuk 9 bulan, di Rumah Sakit Asih jl. Panglima Polim Jakarta Selatan,  Silvi melahirkan seorang anak perempuan Atifah dengan lancar, dengan proses hanya 5 menit dan tidak sakit. Suatu kejadian yang hampir dianggap tak mungkin.  Namun sesungguhnya sangat mungkin dan ada penjelasan rasionalnya. Semua terkait dengan hubungan manusia dalam tatanan kosmologis dari ajaran nenek moyang, yang masih harus terus digali dan dipraktekkan kembali demi kebaikan seluruh penghuni semesta raya.(UmiL Juni 2014)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline