Lihat ke Halaman Asli

Umi Kulsum

Mahasiswa UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta.

Media Sosial Bagi Anak dan Remaja: Manfaat atau Mudarat?

Diperbarui: 10 Januari 2024   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teknologi telah berkembang pesat dan menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat. Perkembangan teknologi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, semua aktivitas keseharian dapat dengan mudah dan cepat dengan bantuan teknologi. Salah satunya dalam bidang informasi dan komunikasi. Media sosial hadir untuk memudahkan penggunanya berkomunikasi dengan siapa pun, kapan pun dan di mana pun. Kemudahan ini memungkinkan media sosial diakses oleh siapa saja, termasuk anak-anak dan remaja.

Menurut laporan We Are Social pada Januari 2023, pengguna aktif media sosial di Indonesia mencapai 167 juta orang, atau setara dengan 60,4% dari total populasi dalam negeri. Selain itu, waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan media sosial di Indonesia mencapai rata-rata 3 jam 18 menit setiap harinya, menempatkannya sebagai yang tertinggi kesepuluh di dunia. Berdasarkan riset Neurosensum Indonesia Consumers Trend 2021: Social Media Impact on Kids, ditemukan bahwa 87 persen anak-anak di Indonesia sudah terkena dampak media sosial sebelum mencapai usia 13 tahun. Penggunaan media sosial bagi anak-anak dan remaja memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pengembangan karakter, baik secara positif maupun negatif.

Media sosial membawa dampak positif dengan cara memperluas jaringan pertemanan, menciptakan lingkungan yang memicu motivasi dan semangat untuk mengembangkan diri. Kemudahan akses ke pembelajaran dan informasi adalah manfaat tambahan, di mana anak-anak dan remaja dapat dengan mudah mengakses layanan edukasi secara daring. Selain itu, media sosial menjadi wadah bagi kreativitas dan ekspresi diri, untuk berbagi karya seni, tulisan, atau bakat lainnya dengan audiens yang lebih luas.

Media sosial mempersembahkan peluang kepada anak-anak dan remaja untuk menjalin hubungan dengan teman-teman di seluruh dunia. Kemampuan untuk terhubung ini tidak hanya memperluas jaringan sosial tetapi juga meningkatkan rasa keterlibatan sosial, membantu merasakan koneksi yang lebih mendalam dengan dunia di sekitarnya. Melalui interaksi online, anak-anak dan remaja mendapatkan motivasi tambahan untuk belajar dan mengembangkan diri, karena dapat berbagi pengalaman, ide, dan umpan balik dengan rekan-rekan di dunia maya. Dengan demikian, media sosial bukan hanya sebagai alat untuk bersosialisasi, tetapi juga sebagai sumber inspirasi dan dukungan dalam perjalanan pertumbuhan dan perkembangan pribadi.

Banyak platform media sosial yang memberikan dukungan bagi ekspresi diri dan kreativitas. Anak-anak dan remaja dapat menggunakan platform tersebut untuk berbagi karya seni, tulisan, atau keterampilan lainnya kepada audiens yang lebih besar. Misalnya seorang anak atau remaja yang gemar menyanyi atau menari bisa mengunggah videonya di Instagram atau TikTok. Hal ini mungkin akan mendapatkan apresiasi dan dukungan. Terbukti dari banyaknya influencer yang usianya belum dewasa di TikTok dan Instagram, seperti Nawid Yosufi, seorang pengguna media sosial di TikTok dan Instagram yang masih berusia 8 tahun. Ia menjadi sorotan netizen karena kontennya yang berisi pertanyaan acak dalam bahasa Inggris kepada pengunjung mall. Akun TikToknya kini telah mencapai 2 juta pengikut dengan nama pengguna @nawid_yusofi.

Di samping itu, selain memberikan dampak positif media sosial juga membawa pengaruh negatif yang dapat tercermin dalam berbagai aspek kehidupan, terutama bagi anak-anak dan remaja. Pertama, sering kali menjadi kurang fokus dalam belajar karena terlalu lama berselancar di media sosial. Konsentrasi terganggu, dan produktivitas belajar pun menurun. Selain itu, perilaku komunikasi di dunia nyata juga terpengaruh, karena cenderung menjadi malas berinteraksi secara langsung.

Ketidakpedulian terhadap lingkungan di sekitar juga menjadi dampak negatif lainnya. Anak-anak dan remaja yang terlalu terlibat dalam situs jejaring sosial cenderung lebih mementingkan diri sendiri dan kurang peka terhadap realitas sosial. Aturan ejaan dan tata bahasa yang tidak berlaku di media sosial membuat mereka kesulitan membedakan antara dunia maya dan dunia nyata, menghambat perkembangan komunikasi yang efektif.

Tidak hanya itu, media sosial juga dapat menjadi jalur bagi bisnis prostitusi dan godaan yang menggiurkan bagi remaja yang labil. Pengaruh lingkungan yang terjun ke dunia hitam dapat merayu remaja untuk terjerumus dalam aktivitas berbahaya ini. Lingkungan yang menawarkan keuntungan besar juga dapat mempengaruhi remaja yang tergoda untuk mencoba hal-hal yang merugikan. Sebagai hasilnya, penggunaan media sosial tanpa kontrol dapat membawa dampak serius terhadap aspek-aspek kehidupan anak-anak dan remaja.

fenomena perbandingan dan persaingan sosial muncul sebagai masalah serius. Media sosial menciptakan lingkungan di mana individu merasa terdorong untuk terus-menerus membandingkan diri mereka dengan orang lain. Hasilnya adalah peningkatan rendahnya citra diri, disertai dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi dan tekanan untuk memenuhi standar kecantikan atau keberhasilan yang tidak realistis.

Kemudian, masalah bullying dan pelecehan menjadi tantangan serius lainnya. Keberadaan anonimitas di dunia maya memberikan kesempatan bagi perilaku intimidasi dan pelecehan tanpa konsekuensi langsung. Anak-anak dan remaja seringkali menjadi korban tekanan psikologis yang dapat membawa dampak serius pada kesehatan mental. Fenomena ini meningkatkan risiko ketidaknyamanan dalam berinteraksi di dunia maya dan menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi pengguna muda.

Tak kalah penting adalah dampak terhadap pola tidur dan kesehatan mental. Penggunaan media sosial yang berlebihan terutama pada jam-jam malam, dapat mengganggu pola tidur. Selain itu, paparan berlebihan terhadap konten yang merugikan dapat berkontribusi pada munculnya masalah kesehatan mental, seperti depresi dan kecemasan. Keseimbangan antara penggunaan media sosial dan istirahat yang cukup menjadi krusial untuk mendukung kesejahteraan psikologis.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline