Lihat ke Halaman Asli

"Percikan Rokok Bapak Mengenai Mataku, Pak"

Diperbarui: 23 Desember 2022   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pagi itu jalur dua jalan di kota kami padat merayap. Dari Jalur kiri menuju utara jalan pagi itu saya mengantar anak saya Kelas 1 SD ke sekolahnya. Saat perjalanan itu, tiba-tiba dikejutkan ada bapak-bapak mengantar anaknya ke sekolah juga seperti kami  mendahului sebelah kiri kendaraan kami, dan saya terkejut lagi, ada percikan api pas memercik di depan muka anak saya dan saya. Saya meyakini, ini percikan dari api rokok.  saya bergumam dalam hati, bapak itu telah melakukan dua kesalahan, pertama dia mendahului sebelah kiri dan yang kedua dia sambil merokok.

Jengkel, kesal. Buru-buru saya menepikan kendaraan  ke kiri jalan, untuk mengecek mata saya dan terutama anak saya yang duduk di depan motor, apakah terkena mata abu percikan dari rokok bapak itu. Dan Alhamdulillah kami berdua tidak sampai terkena mata.  Legalah hati saya.

Memang, setiap pagi di kota kecil kami. Banyak kendaraan pada ngebut untuk mengejar waktu masuk sekolah agar anaknya tidak terlambat. Tapi menurut saya perilaku bapak itu tidak bisa dibenarkan, apalagi di perjalanan lalu lintas yang kendaraan sedang lalu lalang.

Dan setelah saya memastikan mata kami tidak terkena percikan api rokok bapak itu, kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju ke sekolah anak saya. Pas saat saya sampai tikungan ke kanan menuju ke arah sekolah, saya melihat bapak berkendara sedang merokok tadi di stop dan ditilang sama polisi lalu lintas yang berjaga disimpang pagi itu. Nah, pikir saya, terima kasihlah Bapak polisi udah menilang bapak itu, karena membahayakan pengendara lain. Adakah juga menimpa anda Kompasianer mengalami seperti saya. Semoga saja tidak ya, tapi saya berharap anda harus berhati-hati, tutup kaca helm agar resiko dalam berkendara seperti saya tidak menimpa anda.

Cukai Rokok Naik tapi kok masih banyak yang tetap merokok!

Fenomena yang terjadi,  tapi begitulah adanya, banyak yang beranggapan biarlah tidak sarapan pagi, tapi yang penting tetap bisa merokok. Benarkan demikian !. tapi, begitulah yang terjadi hari ini. harga berapapun nilai jual rokok. Tetap masyarakat yang butuh akan rokok  akan membeli. 

Merokok Merusak mata.

Apakah dengan merokok merusak  mata, benar, merusak mata kita, apalagi mata pencaharian. Yang seharusnya uang untuk beli rokok bisa untuk membeli beras 2 Kg, tapi karena hasrat untuk merokok, jadi tidak jadi beras 2 Kg tadi. 

Dilansir dari Amarican Academy of Ophthmalmology, berikut alasan orang yang merokok menyebabkan kerusakan pada kesehatan mata, yaitu Orang yang merokok  akan menyebabkan matanya menjadi kering. Produksi air matanya berkurang. Bisa dilihat dari gejalanya misalnya mata gatal, pedih, kemerah-merahan dan terasa panas. 

Orang perokok meningkatkan resiko akan penyakit katarak. Gejala orang yang terkena penyakit katarak adalah pandangan kabur, pandangan terasa kusam, pudar atau kekuning-kuningan. Katarak bisa disembuhkan hanya dengan operasi. Selanjutnya orang yang merokok memicu akan penyakit degenerasi makula orang lanjut usia, dia akan rentan terkena penyakit degenerasi makula. Gangguan ini menyebabkan perokok tidak bisa melihat dengan terang dan jelas. Maka perokok akan rentan terpapar penyakit ini. Kemudian perokok mudah terpapar retinopati diabetik. Hal ini terjadi karena pembuluh darah di mata rusak akibat terpapar asap rokok. Dampak yang ditimbulkan adalah penglihatannya menjadi distorsi, kabur, bahkan bisa mengakibatkan kebutaan. Saraf optik perokok sangat beresiko terkena gangguan saraf optik. Dampaknya sama mengakibatkan kebutaan. 

Selanjutnya, perokok akan mudah terkena uveitis.  Uveitis yaitu peradangan pada lapisan tengah dinding mata. Gejalanya bisa dilihat dari mata memerah, bengkak dan nyeri diserta indera penglihatan terganggu. Kemudian perokok dengan mudah terkena gangguan tiroid. Gejala penyakit ini ditandai gejala mata seolah melotot. Penderita dengan gejala ini dampaknya bisa menyebabkan kebutaan.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline