Lihat ke Halaman Asli

Umi Fitria

TERVERIFIKASI

Ordinary Me

Tips agar Tidak Addicted dengan Youtube

Diperbarui: 19 Juli 2022   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi by Freepik

Sebagai salah satu platform sosial media yang sedang happening dan banyak diminati oleh para content creator, Youtube memang mempunyai daya tariknya tersendiri.

Berbeda dengan platform lain yang mungkin lebih dulu booming di masanya  seperti Facebook, Instagram, Twitter yang memang berfokus pada gambar dan kata-kata, Youtube hadir dengan konsep video atau gambar begerak, di mana platform ini menyediakan kapasitas penyimpanan data yang sangat besar untuk para user agar bisa mengunggah video di akun atau channel pribadi ya masing-masing.

Bila kita amati, mungkin lima sampai sepuluh tahun ke belakang, Youtube masih belum sepopuler sekarang ini, platform-nya sendiri memang sudah ada dan didirikan sejak 2005, sebelas dua belas dengan Facebook yang didirkan di tahun 2004 dan diikuti dengan munculnya  berbagai macam platform sosial media lain seperti Twitter di tahun 2006 maupun Instagram di tahun 2010.

Sepertinya memang era di awal 2000an setelah pecahnya bubble dot com adalah era dimulainya perkembangan teknologi ya, terutama sosial media yang memang sangat gencar-gencarnya dikembangkan hingga saat ini, bisa kita lihat sudah tidak terhitung lagi bukan ragam dan jenisnya, belum lagi upgrade berkala dari sisi fitur dan teknologinya dan semua platform itu mempunyai basis pengguna yang setia dan sangat banyak dari segi kuantitas.

Perjalanan perubahan Youtube

Kembali ke Youtube, dulu platform ini masih belum se massive sekarang, bila kita sempat menikmati dan mengeksplore Youtube di zaman dahulu, platform ini banyak digunakan oleh kalangan video maker yang memang mereka pure ingin mengunggah dan menunjukkan hasil karya videografi mereka.

Di Indonesia sendiri Youtube di tahun 2010 dan beberapa tahun sesudahnya masih di dominasi oleh content crator lokal dan berbasis community. Kita bisa melihat komunitas-komunitas Youtuber ini selalu update dan berkolaborasi satu sama lain dan memang ide mereka masih sangat original dan kreatif.

Berbeda dengan sekarang ini, Youtube sudah berubah tidak hanya menjadi platform untuk menampung kreatifitas tanpa batas, melainkan juga memainkan peran sebagai kapitalis besar di pasar modern dunia digital, tidak ada yang salah dari semua ini karena toh mereka juga basisnya adalah korporat, perusahaan yang berorientasi pada profit, namun perubahan yang paling terasa dari Youtube ini dan yang membuat berbeda dari sebelum-sebelumnya adalah saat para artis TV juga ikut masuk ke ranah platform ini. 

Kita tidak lagi disuguhi tayangan-tayangan atau rekomendasi video yang memang asli dan original dari creator lokal seperti dulu, melainkan dipenuhi dengan rekomendasi thumbnail kegiatan sehari-hari para artis di akun Youtube-nya masing-masing dan sekali lagi tidak ada yang salah karena toh pasarnya juga ada dan banyak pula peminatnya di kalangan masyarakat kita, rasa penasaran dengan kehidupan public figure dan orang lain memang benar-benar addictive ya dan akan selalu ada orang-orang yang suka dan menontonnya.

Mengapa Youtube membuat addictive

Otak dan indera manusia memang dirancang akan lebih tertarik kepada hal-hal yang bersifat visual seperti gambar apalagi gambar yang bergerak atau video seperti yang disajikan oleh Youtube. Kita cenderung lebih suka menonton karena terlihat lebih nyata dan langsung disuguhkan di depan mata daripada harus berimajinasi dan menerjemakan lewat kata-kata. 

Inilah yang membuat Youtube lebih unggul dibandingkan platform yang lain, penyampaian informasi melalui kombinasi  suara, visual  dan gerakan akan lebih mudah masuk dan dipahami sehingga bagi orang-orang yang kurang suka membaca tentu akan dengan senang hati beralih ke platform ini untuk menyerap informasi yang dibutuhkan. 

Sayangnya, kelebihan itu juga mempunyai kelemahan bila kita tidak waspada dalam ber-Youtube-ria, yang ada justru kita akan lebih banyak melenceng dari tujuan awal dan berakhir terjebak menonton video-video random yang muncul di beranda kita dan itu tidak hanya satu dua kali saja, bahkan bisa sampai berjam-jam kita terseret arus konten karena berawal dari iseng dan hanya sekedar ingin refreshing saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline