Lihat ke Halaman Asli

UMI KULSUM

GURU SDN 2 LOGANDU KARANGGAYAM

Gabut Nan Rindu Membiru

Diperbarui: 12 Mei 2024   06:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gabut dan rindu (Pngtree)

Kertas putih menantikan coretan pena
Kata yang penuh makna
Sudah penuh sesak di dada

Pekat dan tak mampu terlihat
Menyelinap dalam angan terdalam
Menggali makna seuntai kata  yang membius pembaca

Televisi tua itu tidak berhenti menggosip
Akan cerita indah para celebrity
Berita viral santapan renyah dalam goresan indah
Para penulis bermain pena setulus hatinya
Meraih asa  pada sejuta kata

Petang membisikkan cerita tentang hari yang telah berlalu.
Terlihat malu malu pada bintang
Berkedip sesaat seolah tahu maksudnya
Rembulan bersembunyi di balik awan
Menyelinap bagai pencuri malam

Hati berdebar menanti sang pujaan
Dalam bisunya malam
Dingin menyusup ke tulang rawan
Sepi senyap tanpa ruang celah tuk menatap

Dimana kah engkau kini
Kucari sekian windu
Lama sudah kumerindu biru
Saat melabuhkan cinta

Rasa terpikat sesaat
Berasa hati ditinggal minggat
Rasa sakit hati terus tersayat
Luka tak mudah terobati
Bila pisau tajam telah menghantam
Pedih perih terurai air mata tak tersisa

Kebumen, 12 Mei 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline