Lihat ke Halaman Asli

Umi Kulsum

Mahasiswa Universitas Dr.Soebandi

Pengaruh Pijat Woolwich pada Ibu Menyusui terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi

Diperbarui: 29 Juni 2024   18:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosialisasi pijat woolwich pada ibu menyusui dan nifas, 2024

Salah satu permasalahan yang menjadi penyebab tidak lancarnya proses keluarnya ASI adalah  tingkat kepercayaan diri ibu terhadap kecukupan ASI nya dalam memenuhi nutrisi bayinya. Secara global tingkat pencapaian pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6 bulan di tahun 2022 mencapai 48%, dan cakupan ASI eksklusif di Indonesia tahun 2022 sebesar 67,96%, sedangkan di Jawa Timur cakupan ASI eksklusif tahun 2022 mencapai 69,72%, dan cakupan ASI ekslusif tahun 2022 di kabupaten Jember mencapai 69,5%, namun angka tersebut masih belum memenuhi target standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan yaitu 80%.

Keberhasilan menyusui didukung oleh persiapan psikologis, yang sebaiknya dilakukan sejak masa kehamilan. Persiapan ini sangat berperan penting dalam pengambilan keputusan dan sikap ibu yang positif terhadap rencana pemberian ASI harusnya sudah terjadi pada saat masa kehamilan, atau bahkan jauh sebelumnya (Wahyuni, 2018). Psikologis ibu menjadi  faktor utama dalam mempengaruhi kecukupan produksi ASI, dimana ketika ibu mengalami stres hormon kortisol akan meningkat sehingga produksi ASI akan mengalami penurunan, berbeda dengan ibu yang lebih rileks saat periode menyusui akan memiliki produksi ASI yang lebih baik (Hertanti et al., 2023). 

Ibu merasa bahwa ASI nya kurang cukup untuk membuat bayinya kenyang sehingga ibu memberikan selingan bantuan susu formula dan berakhir dengan hanya memberikan susu formula saja karena ASI sudah tidak keluar, hal tersebut sering menjadi jawaban ibu ketika dilakukan anamnese baik dimasa kunjungan KF4 dan kunjungan KB. 

Pengeluaran ASI yang tidak efisien selain akan mempengaruhi volume produksi ASI juga dapat menyebabkan payudara bengkak hingga mastitis dan abses payudara. Ketika pengeluaran ASI tidak efektif dapat meningkatkan FIL (Feedback Inhibitor of Lactation) yang akan menyebabkan berkurangnya produksi ASI. Adanya perubahan bentuk sel-sel laktosit akan mencegah pengikatan prolaktin sehingga produksi ASI akan melambat dan pada akhirnya berhenti berproduksi. Suplai ASI yang tidak baik akan mengakibatkan bayi tidak puas, frustasi dan gelisah. Bayi tidak mau mengosongkan payudara untuk mendapatkan hind milk yang mengandung lebih banyak lemak sehingga bayi akan mudah mengalami colic (nyeri perut) dan tinjanya akan keluar secara ekplosif, berair dan berbusa. Pada akhirnya kondisi ini akan menghambat kenaikan berat badan bayi dan tumbuh kembang bayi menjadi tidak optimal. Banyak ibu menganggap keadaan ini sebagai ketidak mampuan ibu dalam memproduksi cukup ASI untuk memuaskan bayi (Wahyuni, 2018).

Upaya yang dapat dilakukan untuk membantu kelancaran produksi ASI selain dengan farmakologi seperti ASI booster juga dapat dilakukan dengan teknik non farmakologis. Pijat Woolwich merupakan salah satu metode perawatan payudara bagi ibu menyusui setelah melahirkan yang bertjuan dalam memberi rangsangan kepada kelenjar air susu ibu agar dapat memproduksi ASI. Pijat woolwich ini dapat dilakukan oleh ibu secara mandiri 2 kali sehari dengan durasi pemijatan selama kurang lebih 5 menit. 

Teknik pemijatan ini dilakukan pada area sinus laktiferus tepatnya 1-1,5 cm diatas areola mammae, untuk mengeluarkan ASI yang berada di sinus laktiferus. Dengan pemijatan tersebut dapat merangsang sel saraf payudara, rangsangan tersebut akan diteruskan ke hipotalamus dan direspon oleh hipofisis anterior untuk mengeluarkan hormon prolactin yang akan dialirkan oleh darah ke sel mioepitel payudara untuk memproduksi ASI, meningkatkan volume ASI dan mencegah bendungan payudara yang menyebabkan payudara bengkak. Dengan dilakukannya pijat Woolwich ini produksi ASI ibu akan meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan suplai ASI bayi sehingga berat badan bayi dapat meningkat dengan optimal (Girsang, 2023).

Sesuai dari pemaparan dari buku yang ditulis oleh (Widaryanti, 2019) tanda untuk kecukupan ASI adalah Berat badan bayi naik sesuai kurva pertumbuhan pada Kartu Menuju Sehat (KMS), frekuensi buang air kecil 6 kali atau lebih, frekuensi buang air besar 4 kali - 6 kali sehari untuk bayi dibawah usia 6 bulan.

Setelah dilakukannya sosialisasi pijat woolwich ini yang mulai diterapkan oleh ibu nifas dan menyusui selama 7 hari dari penerapan pijat woolwich bayi di monitoring berat badannya yang ternyata terdapat peningkatan antara 100-200 gram.

Farida, S., Setyorini, C. and Retno, Z.M. (2022) ‘Pijat Woolwich untuk Meningkatkan Produksi ASI pada Ibu Menyusui Tahun Pertama’, Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional (SIKesNas), pp. 393–398.

Girsang, B.M. (2023) Evidence Bsed Practice Periode Nifas. Yogyakarta: CV Budi UTAMA.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline