Lihat ke Halaman Asli

Vanessa Valentina

Ibu Rumah Tangga

Jadilah Bintangku

Diperbarui: 31 Desember 2021   09:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bayangan itu kembali menggangguku. Secara kasat mata aku memang tidak melihat kejadian itu, tepat ketika bapak tewas di tusuk oleh preman-preman yang mengeroyok beliau. Awalnya sulit aku menerima ini, tapi sekarang aku sudah dewasa aku harus move on. "Ira ayoo kamu bisa" selalu ujarku dalam hati menguatkanku. Hingga kini aku menjadi wanita semandiri dan sekuat ini melewati bersama dengan Ibu dan nasihat-nasihat teteh angkatku, Teh Linda.

[suara sms]  

Aku beranjak dari lamunan ku, lalu ku cari handphone yang tadi ku ingat ada di atas kasur.

"Dek, teteh kangen kamu. Luangkan lah waktu mu untuk menengok teteh dan keponakanmu Aya. Aya sudah bisa tengkurep nih." Begitu pesan singkat teh Linda.

"Ah Teteh aku pun rindu." Gumam ku dalam hati.

"Iya teh, aku juga rindu kalian. Insya Alloh weekend nanti aku ke Solo"

Sejak kepergian mba Nila istri pertama mas Ahsan, teh Linda memutuskan tinggal di Solo untuk lebih dekat dengan lingkungan pesantren milik keluarga suaminya juga untuk memberikan lingkungan yang baik untuk Aya. Dan pekejaan nya di Bandung di alih tugaskan pada orang kepercayaannya. Teh  Linda sangat menyayangi Aya Nur Fajriani buah cinta mba Nila dan mas Ahsan. Aya di besarkan dengan cinta yang utuh oleh Umi dan Abi yang mencintainya.

Aku masih harus melihat agenda kerja ku untuk meluangkan waktu menemui keluargaku yang disana. Aku berencana ingin mengajak ibu weekend ini untuk bersilaturahim ke sana. Namun sepertinya ibu masih sibuk. Sejak Bapak tidak ada pesanan kue ibu semakin meningkat.

"Ibu, jum'at, sabtu dan minggu ini ada acara nda? Ira berencana ingin ke Solo bertemu dengan teh Linda dan dek Aya. Ibu bisa ikut?" Tanyaku sembari menemani ibu di dapur.

"Waduh gimana ya ra, ibu ada orderan pesenan kue untuk hajatan. Sepertinya Ibu tidak bisa ikut nak."Jawab wanita paruh baya yang selalu mengenakan kerudung hitam ala ibu-ibu rumahan yang kucintai itu. Ah itulah ibu ku, sekalipun rambut putih sudah menghiasi kepalanya ia tetap seperti dulu giat dalam berusaha.

"Baiklah bu, tidak mengapa"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline