ADAKAH KEADILAN DALAM PENDIDIKAN?
Oleh: Umbu Tagela
Ketidakadilan senantiasa muncul ketika hak dari seseorang mulai tidak diperolehnya serta tidak adanya perlakuan yang sama sesuai dengan haknya karena adanya kekuatan-kekuatan yang saling memanipulir.
Dalam tautan dengan hal tersebut, Liek Wilardjo (1986) mengatakan "kecenderungan menjadi manipulator semakin potensial dalam masyarakat modern, sehingga menimbulkan penyakit rusaknya hubungan-hubungan antar manusia". Ketidakadilan dalam dunia pendidikan muncul bilamana aktualisasi diri terjebak pada pengertian yang simplistis dimana aktualisasi diri dimaknai lepas dari dimensi kebersamaan. Manusia pada hakikatnya senantiasa memiliki keterpautan dengan manusia lain.
Hakikat manusia merujuk pada eksistensi dalam suatu kebersamaan dengan manusia lain. Pada pilahan lain ketidakadilanpun dapat muncul bilamana kepentingan umum mengalahkan aktualisasi diri, sehingga memberangus aktualisasi diri secara paedagogis. Dalam kerangka pikir seperti begini, Kepentingan umum memosisikan diri sebagai manipulator dalam aktualisasi diri.
KETIDAKADILAN INDIVIDUAL
Persoalan ketidakadilan individual muncul ketika ia menjadi yang utama. Hal ini disebabkan cara pandang yang memaknai dimensi aktualisasi diri lepas dari dimensi kebersamaan, yang berinduksi pada terbentuknya manusia egois dan individualistis.
Konsep ini secara implisit memaparkan adanya pemerkosaan terhadap individu, dimana ia dipaksa untuk dikeluarkan dari kenyataan kodratinya sebagai individu yang senantiasa berada dalam bingkai kebersamaan dengan individu lain.
Ketidakadilan individual dapat dibedakan atas dua dimensi, yakni (1). ketidakadilan individual konseptual, merupakan manifestasi dari satu konsep yang memberi makna bahwa manusia hanya berguna bagi dirinya sendiri. Jika individu itu pandai, trampil dan ahli, semua itu hanya diabdikan bagi kepentingan dirinya sendiri.
Kerangka pikir seperti ini berangkat dari suatu belief system yang individualistis. Akibat belief system yang tidak realistik secara psikologis, maka konsekuensinya lahir pula konsep baru sebagai sub system dari belief system itu yang tidak realistik pula.