Lihat ke Halaman Asli

UM Bandung

Universitas Muhammadiyah Bandung

AIK Jadi Nilai Tambah Kampus Muhammadiyah dari PT Lain

Diperbarui: 6 Juni 2024   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Firman/UM Bandung.

Bandung - Anggota Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat Muhammadiyah Widodo Muktiyo mengatakan bahawa 172 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA) menjadi dambaan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan. Berbagai keunggulan yang dimiliki oleh PTMA menjadi daya tarik bagi para calon mahasiswa baru.

"Saya juga mendorong UM Bandung untuk segera menyusul para saudara tuanya mencapai akreditasi unggul. UM Bandung harus bisa unggul mengikuti PTMA yang lain," ucap Widodo dalam Focus Group Discussion (FGD) Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung pada Kamis (30/05/2024). 

Widodo mengatakan bahwa 83 kampus Muhammadiyah yang ada di Pulau Jawa saat ini sudah bisa dikatakan unggul. Berbeda dengan perguruan tinggi pada umumnya, PTMA memiliki banyal keunggulan, satu di antaranya adanya Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). "Al-Islam dan Kemuhammadiyah ini menjadi sistem nilai kepribadian yang tidak hanya untuk mahasiswa, tetapi juga untuk para dosen," jelasnya.

Dalam pengelolaan kampus, khususnya terkait dengan branding, kata Widodo, para sivitas yang ada di setiap PTMA harus bisa berpikir positif. Saat personal branding, kata Widodo, pengelola kampus harus mengubah mindset untuk tidak menurunkan harga diri.  Di samping itu, sivitas kampus juga perlu optimis ketika menjalankan aktivitas di PTMA. "Mari kita yakini bahwa kita bisa sukses karena kita adalah orang-orang yang penuh kompetisi dalam menjalankan amar makruf di kampus ini," ajak Widodo.

Memanfaatkan medsos

Widodo berharap PTMA melakukan promosi di media sosial yang saat ini banyak diakses jutaan masyarakat. Setiap sivitas PTMA bisa membesarkan kampus masing-masing hanya menggunakan media sosial. Namun, ia juga menghimbau sivitas PTMA untuk berhati-hati menggunakan media sosial karena jejak digitalnya bisa langgeng.

"Kita harus hati-hati dalam menggunakan media sosial karena setiap jejak digital yang kita tinggalkan itu langgeng. Maka dari itu, para sivitas harus memiliki kemampuan dalam digital, seperti digital skill, culture digital, safety digital, dan etic digital. Dalam era digital ini mari sama-sama kita menjadi muslim yang mampu mengikuti dan beradaptasi dengan teknologi," tandas Widodo.***(CH/FK/FA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline