Lihat ke Halaman Asli

UM Bandung

Universitas Muhammadiyah Bandung

Kuliah Bareng Birokrat UM Bandung Kupas Fenomena Politik Dinasti

Diperbarui: 12 Januari 2024   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bandung - Kuliah Bareng Birokrat edisi ke-6 yang digelar oleh mahasiswa prodi Admistrasi Publik UM Bandung di Auditorium KH Ahmad Dahlan pada Rabu (10/01/2024) mengangkat tema "Pandangan Birokrat Terkait Politik Dinasti dan Rusaknya Tatanan Birokrasi".

Kegiatan kali ini menghadirkan dua narasumber. Pertama, Ketua Kaukus Perempuan Politik Kabupaten Sumedang Sonia Sugian. Kedua, Wakil Sekretaris DPW Partai Gelora Jawa Barat Farhan Nauval Rusli.

Sekretaris Prodi Administrasi Publik Rikki Maulana Yusuf menyampaikan bahwa tema yang diusung pada Kuliah Bareng Birokrat sesi keenam ini bisa menambah wawasan mahasiswa terkait isu-isu yang sedang berkembang dalam dunia politik nasional.

Terkait tema tersebut, lanjut Rikki, perlu dilihat dari dua sisi yang berbeda. Pertama, isu politik dinasti selalu menjadi penyebab munculnya sentimen negatif terhadap orang-orang.

"Kedua, jika tidak ada seseorang yang berani mencalonkan diri menjadi pejabat dan yang mampu adalah keluarga, itu hal yang sah saja, selama dia masih bisa mengemban amanah dan menjaga keadilan bagi rakyat," ujarnya.

Dalam paparan materinya, Farhan Nauval Rusli memberikan tanggapannya mengenai apakah politik dinasti dapat menciptakan ketidakstabilan dalam implementasi kebijakan pemerintah atau tidak.

"Sebetulnya semuanya bisa. Bahkan yang tidak memakai jalur kerajaan, dinasti politik, atau keluarga politik, sebetulnya bisa. Jadi, semua orang ini bisa melakukan kesalahan yang sama. Kalau misalnya kita menghakimi keluarga politik, kenapa kita enggak menghakimi orang-orang biasa juga, kan kira-kira gitu," tegas Farhan.

Selain itu, dirinya juga menyampaikan bahwa setiap orang mempunyai kesalahan, benar salah dan baik buruk, itu merupakan hal yang biasa. Hanya saja ada sentimen pribadi atau kelompok terhadap keluarga politik.

"Karena kita mengerti bahwa cerita masa lalu ini di bawa hingga masa kini. Jadi, keluarga ini memang dari dulu mengkooptasi negara dan inilah yang disebut traumanya. Traumanya negara kita, traumanya bangsa kita, ketika dipimpin oleh sekelompok keluarga," sambungnya.

Menurut Farhan, hingga saat ini tidak ada upaya konkret yang dilakukan pemerintahan dalam menghadapi politik dinasti. Hal tersebut dilandasi bahwa selama semua persyaratan dapat dipenuhi oleh orang-orang yang ingin mencalonkan itu tidak mengapa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline