Bandung - Dosen program studi Agribisnis UM Bandung Alghif Aruni Nur Rukman mengatakan bahwa peran koperasi dalam struktur kelembagaan pertanian Indonesia masih relevan.
Terutama karena kondisi struktural pertanian yang belum banyak berubah, khususnya dalam hal kepemilikan lahan.
Hal itu Alghif sampaikan saat menjadi pemateri dalam kajian rutin Mimbar Iqra edisi ketujuh di kampus UM Bandung pada Selasa (15/11/2023).
Perdebatan seputar status Indonesia sebagai negara agraris juga muncul, kata Alghif, karena kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tidak lagi dominan.
"Sementara itu, pada sisi lain transformasi ekonomi yang diharapkan masih tertunda, dengan masih tingginya jumlah tenaga kerja di sektor pertanian," tutur Alghif.
Menurut Alghif, transformasi ekonomi yang belum tercapai juga tercermin pada pilihan kelembagaan pertanian, khususnya dalam bentuk koperasi.
Alghif berharap koperasi menjadi wadah bagi para petani untuk bersatu. Namun, perubahan fokus dari komoditas tunggal ke multiple commodity telah mengurangi fokus koperasi, mengarah pada kebergantungan pada bantuan pemerintah.
Kondisi ini, kata Alghif, membawa dampak negatif bagi petani ketika arah pembangunan pemerintah berubah dan pasar global tanpa batas serta persaingan dengan perusahaan besar atau multinasional menuntut kelembagaan yang kuat bagi para petani.
Tantangan anak muda
Salah satu sorotan penting adalah minimnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian karena kurang sesuainya dengan ekspektasi dan budaya mereka saat ini.