Lihat ke Halaman Asli

Umar Soleh

karyawan swasta

Lorong Waktu

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berandai ketika aku temui lorong waktu
Aku bisa melanglang ke silamnya masa lalu
Dan aku pun bisa terawang misteri masa depanku
Tapi, kemanakah hendak dituju?

Haruskah aku berbalik ke silamnya masa lalu?
Memungut apa-apa yang terluput dari tanganku
Atau haruskah aku terawang misterinya masa depanku?
Biar aku tahu rahasia apa yang bakal berlaku padaku

Berandailah aku, melanglang ke silamnya masa lalu
Memungut apa-apa yang terluput dari tanganku
Sempurnakan setiap jengkal usahaku
Dan berkarib dengan sesiapa yang belum aku tahu

Hingga kembalilah aku pada masaku
Ah, kenapa dulu tidak begitu?
Pengandaian yang cuma buat panjang sedihku
Sungguh pun demikian, tiada terubah sedikit pun hidupku

Hingga sampailah aku pada sadarku
Hidupku tetaplah hasil rencana masa silamku
Tiada faedah mengandai baiknya masa lalu
Pun begitu ia sebuah bahan ajar, tuk berbaik di masa depanku

Berandailah aku, menerawang misteri masa depanku
Mengintip rahasia yang akan berlaku padaku
Cari kesudahan setiap peritiwa di duniaku
Dan telisik penggal-penggal kehidupanku

Hingga kembalilah aku pada masaku
Sungguh tercekat dengan rasa tak menentu
Kemana hendak berlari atas sesuatu yang bakal berlaku
Hilang juang, tinggal pasrah tunggu yang terpasti bagiku

Hingga sampailah aku pada sadarku
Tetaplah indah misteri takdir itu
Tiada faedah mengandai intip, tersebab jadikan diri kaku
Indah memilih, mulia berjuang, mengharap takdir terbaiku

Mengandai perbaiki masa laluku, mungin aku mampu
Tapi, tak akan berfaedah pada apa yang telah belaku
Sebuah kehati-hatian, agar tiada bertambah kesedihan itu
Cukuplah yang lampau, jadi ajar tuk berbaik di masa depanku

Mengandai mengintip masa depanku, mungkin aku mampu
Tapi itu hanyalah prasangka, tersebab ia tertutup bagiku
Sebuah kehati-hatian, menyangka yang baik padaku
Cukuplah ia jadi harapan, tuk berusaha jemput takdir terbaiku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline