Lihat ke Halaman Asli

UMAR SETYO WIBOWO

D4 TLM STIKESNAS SURAKARTA

Kadar Vitamin D dalam tubuh, Mengapa Kita Harus Lebih Peduli ?

Diperbarui: 19 Januari 2025   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Man Rising To Sun (Sumber: Canva )

 

Kadar Vitamin D dalam Tubuh, Mengapa Kita Harus Lebih Peduli?

Vitamin D sering disebut sebagai "vitamin sinar matahari" karena tubuh kita dapat memproduksinya saat terpapar sinar matahari. Meskipun begitu, banyak orang yang tidak menyadari pentingnya vitamin ini bagi kesehatan tubuh. Vitamin D bukan hanya berperan dalam menjaga kesehatan tulang, tetapi juga memiliki pengaruh besar terhadap sistem imun, kesehatan jantung, dan keseimbangan mental. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bila tubuh memiliki kadar vitamin D yang cukup, dapat membantu menjaga sistem kekebalan tubuh agar tetap sehat dan melindungi terhadap penyakit pernapasan secara umum. Namun, banyak individu yang mengalami kekurangan vitamin D tanpa menyadari dampaknya.

Kadar vitamin D yang rendah (defisiensi) dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit pernapasan, termasuk tuberkulosis, asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), serta infeksi pernapasan virus dan bakteri, misalnya virus SARS-CoV-2 pada penyakit COVID-19. Defisiensi vitamin D dapat menjadi komorbid bagi timbulnya penyakit. Beberapa penelitian telah menunjukkan peningkatan asupan cairan dan garam serta peningkatan tekanan darah yang lebih tinggi sebagai konsekuensi dari status vitamin D yang rendah. Kekurangan vitamin D dapat terjadi karena berbagai alasan, baik dari pola makan, gaya hidup, maupun faktor lingkungan. Berikut adalah beberapa penyebab utama kekurangan vitamin D:

  • Paparan Sinar Matahari yang Terbatas
  • Pola Makan yang Tidak Seimbang
  • Masalah Kesehatan Tertentu
  • Bertambahnya usia

Vitamin D unik karena dapat dibuat di kulit dari paparan sinar matahari.  Tingkat vitamin D yang tidak mencukupi disebabkan oleh dua penyebab fisiologis utama:

       1. Paparan sinar UVB dari matahari yang rendah, dan dalam kasus pigmentasiyang kuat,

      2. Penurunan sintesis vitamin di kulit dengan penuaan.

Pigmen melanin dalam jumlah yang lebih besar menghasilkan kulit yang lebih gelap dan mengurangi kemampuan kulit untuk memproduksi vitamin D dari sinar matahari. Selain itu pola makan yang buruk, rendah konsumsi ikan dan makanan yang kaya vitamin D adalah alasan utama kekurangan di usia tua dan orang-orang yang hidup di bawah garis sejahtera.  Kelompok risiko utama, meliputi wanita hamil, anak-anak di bawah 5 tahun, orang tua di atas 60 tahun, orang dengan sedikit atau tanpa paparan sinar matahari (misalnya orang di panti jompo), serta orang-orang dengan kulit gelap.

Pada orang tua di atas usia 60 tahun, penurunan sintesis vitamin D di kulit menjadi jelas, yang semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini menjelaskan tingginya jumlah orang tua dengan status vitamin D yang tidak memadai. Penelitian di Indonesia pada pasien COVID-19 (2020), menunjukkan bahwa usia tua, penyakit penyerta dan defisiensi atau insufisiensi vitamin D berkontribusi terhadap hasil penyakit COVID-19 dan meningkatkan risiko kematian.

Menurut data yang dirilis oleh World Health Organization (WHO), diperkirakan sekitar 1 milyar orang di seluruh dunia mengalami kekurangan vitamin D. Di negara-negara dengan iklim dingin dan sedikit paparan sinar matahari, prevalensinya bisa lebih tinggi. Di Indonesia sendiri, sebuah studi nasional pada 2018 menunjukkan bahwa sekitar 50% populasi Indonesia mengalami kekurangan vitamin D. Angka ini mencerminkan pentingnya upaya untuk memperbaiki status vitamin D di kalangan masyarakat.

Foto Healthy Food Cointaining Vitamin D  (Sumber : Canva )

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline