Lihat ke Halaman Asli

Politik Kaki Lima di Koalisi dan Reshuffle

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belakangan ini banyak pakar, atau yang merasa diri tokoh membahas isu soal 'Koalisi & Reshuffle'. Rakyat lelah mendengarnya, sampai-sampai di warung kopi pun, para pedagang asongan, tukang ojek, dan tukang nasi mengomentari,... "halah, .. paling-paling mereka ha..ha..ha..he..he..he.. lagi, terus ngomong deh muter-muter kagak karuan, buat bodoh-bodohin kita-kita (baca: orang-orang kecil)"..

Sayapun jadi berpikir,... ternyata lebih cerdas pedagang asongan, tukang ojek, dan orang-orang kecil ya.... Mereka lebih bisa menebak, bagaimana endingnya 'gonjang ganjing politik kaki lima' yg dipertontonkan oleh para 'penguasa yang berkuasa, dan penguasa yang pengusaha'...

Dalam menghadapi masalah sering kali kita dituntut untuk memutar otak, namun kadangkala kita terlalu memaksakan diri untuk mencari penyelesaian sehingga kita melewatkan fakta2 yang sangat sederhana, .... padahal bisa jadi, ... logika sederhana lebih diperlukan daripada jawaban yang berbelit-belit dan terdengar rumit. 

“Mereka lempar rakyat dalam gelap, menyandera berita, merampas cahayanya dan menindas pikiran sampai di luar batas demi KUASA.”

Itulah 'politik' bung, ... "Siapa dapat apa, kapan, dan bagaimana".. 

Oscar Wilde bilang “I adore political parties. They are the only place left to us where people don’t talk politics”. ..

Jadi, tidak perlu lah ngomong soal moralitas dan sebagainya. Kalau maksudnya mau memberi pendidikkan kepada rakyat tentang etika politik, ta’at UU, patuh pada peraturan (Konstitusi),.. ya jangan berlindung dibelakang jargon moralitas, tata nilai, etika, dan sebagainya. Kalau dipaksakan juga mau bicara soal moralitas, tata nilai dan sebagainya, sebaiknya dilakukan di acara keagamaan saja deh, sekalian pembekalan rohani dan menanamkan budaya malu, ….. atau sebelum mendengungkan moralitas, sebaiknya kita landasi dulu dengan budaya malu dalam berpolitik yang tidak harus selalu berujung pada kekuasaan pragmatis, kerena rasa malu itu kan sebagian dari 'iman'.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline