Sudah lama Abunawas tidak dipanggil ke istana untuk menghadap baginda. Abunawas juga sudah lama tidak muncul di KR cyberzone, walau hanya sekedar mampir minum teh atau kopi. Kawan-kawan Abunawas termasuk saya banyak yang merasa agak kurang bergairah tanpa kehadiran Abunawas. Tentu saja keadaan kantin tidak semarak karena Abunawas Si pemicu tawa dengan ide-idenya yang menggelitik sanubari tidak ada ditengah-tengah obrolan santai kita . Suatu hari ada seorang laki-laki setengah baya ke KR menanyakan Abunawas. Ia mengeluh bahwa ia tidak menemukan jalan keluar dari masalah pelik yang dihadapai, ... salah satu teman Abunawas yang kebetulan hadir ingin mencoba menolong, ... "Cobalah utarakan kesulitanmu kepadaku barangkali aku bisa membantu", kata kawan Abunawas tadi, .. "Baiklah. Aku mempunyai rumah yang amat sempit. Sedangkan aku tinggal bersama istri dan kedelapan anak-anakku. Rumah itu kami rasakan terlalu sempit sehingga kami tidak merasa bahagia", kata orang itu membeberkan kesulitannya. Si fulan kawan Abunawas tadi tidak mampu memberikan jalan keluar, demikian juga yang lainnya termasuk saya. sehingga kami menyarankan agar orang itu pergi menemui Abunawas di rumahnya saja di dekat musholla di belakang kantin. Orang itu pun pergi ke rumah Abunawas. Dan kebetulan Abunawas sedang mengaji. Singkat cerita, setelah mengutarakan kesulitan yang sedang dialaminya, .. Abunawas bertanya kepada orang itu. "Punyakah engkau seekor domba?". "Tidak tetapi aku mampu membelinya", jawab orang itu. "Kalau begitu belilah seekor dan tempatkan domba itu di dalam rumahmu", Abunawas menyarankan. Orang itu tidak membantah. Ia langsung membeli seekor domba seperti yang disarankan Abunawas. Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abunawas. "Wahai Abunawas, aku telah melaksanakan saranmu, tetapi rumahku bertambah sesak. Aku dan keluargaku merasa segala sesuatu menjadi lebih buruk dibandingkan sebelum tinggal bersama domba", kata orang itu mengeluh. "Kalau begitu belilah lagi beberapa ekor unggas dan tempatkan juga mereka di dalam rumahmu", kata Abunawas. Orang itu tidak membantah. Ia langsung membeli beberapa ekor unggas yang kemudian dimasukkan ke dalam rumahnya. Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi ke rumah Abunawas. "Wahai Abunawas, aku telah melaksanakan saran-saranmu dengan menambah penghuni rumahku dengan beberapa ekor unggas. Namun begitu aku dan keluargaku semakin tidak betah tinggal di rumah yang makin banyak penghuninya. Kami bertambah tersiksa", kata orang itu dengan wajah yang semakin muram. "Kalau begitu belilah seekor anak unta dan peliharalah di dalam rumahmu", kata Abunawas menyarankan. Orang itu tidak membantah. Ia langsung ke pasar hewan membeli seekor anak unta untuk dipelihara di dalam rumahnya. Beberapa hari kemudian orang itu datang lagi menemui Abunawas. ia berkata, ... "Wahai Abunawas, tahukah engkau bahwa keadaan di dalam rumahku sekarang hampir seperti neraka. Semuanya berubah menjadi amat mengerikan daripada hari-hari sebelumnya. Wahai Abunawas, kami sudah tidak tahan tinggal serumah dengan binatang-binatang itu", kata orang itu putus asa. "Baiklah, kalau kalian sudah merasa tidak tahan, ... juallah anak-unta itu" kata Abunawas. Orang itu tidak membantah. Ia langsung menjual anak unta yang baru dibelinya. Beberapa hari kemudian Abunawas pergi ke rumah orang itu, ... "Bagaimana keadaan kalian sekarang?", Abunawas bertanya. "Keadaannya sekarang lebih baik karena anak unta itu sudah tidak lagi tinggal di sini", kata orang itu tersenyum, ... " baiklah, kalau begitu sekarang juallah unggas-unggasmu", kata Abunawas. Orang itu tidak membantah. Ia langsung menjual unggas-unggasnya. Beberapa hari kemudian Abunawas mengunjungi lagi orang itu, ... "bagaimana keadaan rumah kalian sekarang?", Abunawas bertanya. "Keadaan sekarang lebih menyenangkan karena unggas-unggas itu sudah tidak tinggal bersama kami" ... kata orang itu dengan wajah ceria. "Baiklah kalau begitu sekarang juallah domba itu", kata Abunawas. Orang itu tidak membantah. Dengan senang hati ia langsung menjual dombanya. Beberapa hari kemudian Abunawas bertamu ke rumah orang itu. Ia bertanya, ... "Bagaimana keadaan rumah kalian sekarang?". "Kami merasakan rumah kami kini bertambah luas karena binatang-binatang itu sudah tidak lagi bersama kami. Dan kami sekarang merasa lebih bahagia daripada dulu. Kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepadamu hai Abunawas", kata orang itu dengan berseri-seri. "Sebenarnya batas sempit dan luas itu tertancap dalam pikiranmu. Kalau engkau selalu bersyukur atas nikmat Tuhan, maka Tuhan akan mencabut kesempitan dalam hati dan pikiranmu", kata Abunawas menjelaskan. Dan sebelum Abunawas pulang, ia bertanya kepada orang itu, "Apakah engkau sering berdoa?". "Ya", jawab orang itu. "Ketahuilah bahwa doa seorang hamba tidak mesti diterima oleh Allah, ... karena manakala Allah membuka pintu pemahamanmu, ... ketika Dia tidak memberi engkau, ... maka ketiadaan pemberian itulah merupakan pemberian-Nya sebenarnya". Seperti biasa, ... setelah saya mendengar cerita ini, ... maka saya buru-buru menemui Abu Nawas untuk minta ijin agar diperkenankan menuliskan kisah ini di Kompasiana New Version dan di catatan facebook saya, ... sambil tersenyum Abu Nawas menyahut, ... "memang masih ada yang mau baca kisah seperti ini di jamanmu?" Ditulis oleh Teman dialog imajinernya Abu Nawas di Kantin Rasamala- (HUH) Salam, H. Umar Hapsoro Ishak - si Tukang Nasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H