Hai Engkau, pernah kah kau berpikir semenit, bahwa kau itu bagaikan mayat mati, pemimpi sejati, tahukah kau di dalam kesendirianmu itu ada banyak mata memperhatikan dirimu, mereka menilai, mengawasi, gerak gerikmu. Tahukah kau, bahwa hidup sendiri dan bebas dari orang lain adalah sebuah impian kosong/fatamorgana. Dikepalamu. Dirimu itu pada dasarnya punya kewajiban untuk menjadi bagian dari orang lain, hidup manusia itu adalah membuat masyarakat baru, jiwa manusia itu adalah jiwa sosial.
Butuh peran kritis seperti apa lagi supaya bisa menggerakan kau untuk bergerak dari keadaan sekarang ini, keluarga, teman, tetangga, dosen, pembimbing, penguji, kolega, mitra dll. Tidak cukup kah itu buat mu? Apakah kau dilecehkan sampai titik rendah, hina baru kau akan bangkit dan mengejek orang itu pula. Tahukah kau bahwa itu semua adalah kiriman dari pencipta karena kasih sayang Nya kepadamu.
Beribu keberuntungan ditawarkan padamu tapi sikapmu, respekmu pada hal itu tak berarti dan hambar bagimu. Semua orang kau kelabui, kau bohongi, kau siasati. Itukah yang ingin kau pertahankan terus. Padahal hatimu selalu memberontak ketika itu kau ucapkan. Kau ingin menari dengan suatu pergolakan jiwa mendapatkan kekasih yang selalu disayang tapi tidak ada usaha yang kau lakukan.
Mana prestasimu yang bisa menjadikan orang lain bangga atas dirimu, belum ada citra/imej yang terbayang pada orang lain pada dirimu. Apakah yang kau mau? Tidur terus tanpa ada suatu perbuatan yang ingin kau lakukan. Waktu itu sunatullah, kau tak akan terus berada pada kondisi yang sama. Walaupun kau enggan untuk berdiri, minggat dari situasimu ini. Diakan bergerak. Sesungguhnya manusia dan waktu itu bagai dua ruang, memiliki hubungan bagai air yang mengalir dari penggunungan. Manusia bagaikan air yang harus senantiasa bergerak mengikuti kemana muara, aliran, sungai berjalan. Dengan begitu dia akan terus jernih, segar, menjadi inspirasi, rahmat bagi mahluk2 apa saja yang dilaluinya. Ketika ia diam pada suatu tempat. Dia hanya akan bau, busuk, kotor dan mahluk2 tidak akan memanfaaatkanya pada akhirnya akan kering dan mati tanpa bekas. semenara kontur tebing pegunungan adalah jalan yang harus, mautidak mau harus dilalui.
Kalau engaku memang ingin seperti itu, cukuplah buat dirimu saja, tapi jangan libatkan handaitaulanmu, malu, aib karena engkau. Apakah engkau mau membuat mereka malu, bersimbah airmata lagi, perlukan air mata darah baru engkau akan berubah, atau kehilangan semua orang-orang terkasih. Sementara itu, persetan dengan gagasan besarmu ingin menolong, membatu, mensantuni, mengurangi beban, memberi nafkah orang lain pada saat yang sama dirimu berada dalam keadaan takberdaya walaupun hanya untuk menegakkan kaki semangat untuk kau banggit dari tidur panjangmu.
Nasihat apa lagi yang akan kuberikan, saya sadar walaupun semua itu menyayati dan mengobrakabrik, rasa n lanarmu. Tiada penyangga dirimu selain engaku sendiri, motivasi itu harus hadir dalam setiap gerak, tatapan, rasa, kecap, bau, dengar pada dirimu sendiri.
Salam
by Umaee
Re post From My Blog
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H