Lihat ke Halaman Asli

Umar

Pelajar

Indonesia Krisis Beras, Salah Siapa?

Diperbarui: 10 Mei 2024   09:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Beras merupakan bahan makan pokok bagi banyak orang di benua Asia, bahkan beberapa wilayah di dunia. Sejak 2023, krisis beras sudah menjadi perhatian dunia yang menimbulkan pertanyaan tentang sebab dan solusinya. Indonesia sebagai salah satu konsumen dan produsen beras terbesar di dunia, menjadi sorotan dalam problematik ini.

Beras merupakan pemasok utama asupan kalori bagi lebih dari setengah penduduk di dunia. Menurut World Atlas, beras menyumbang kurang lebih 16,5% dari asupan kalori dunia. Di sebagian banyak negara berkembang, beras menjadi hal utama guna memenuhi kebutuhan pangan, termasuk di Indonesia.

Indonesia berperan secara signifikan dalam produksi beras di tingkat dunia. Data dari World Economic Forum, Indonesia berada di urutan ketiga dalam produksi beras, setelah Cina di urutan kedua dan India di urutan pertama. Berbanding terbalik dengan posisi Indonesia, sebagai eksportir beras Indonesia menempati peringkat 71, jauh dari India, Thailand, dan Vietnam yang berperan sebagai tokoh utamanya.

Krisis beras yang terjadi belakangan ini tidak hanya terbatas di Indonesia saja. Ada beberapa faktor yang memicu terjadinya krisis ini, diantaranya perubahan iklim, kebijakan politik, dan konflik geopolitik. El Nino dan La Nina adalah fenomena perubahan iklim yang menjadi faktor terjadinya krisis beras ini. El Nino yang terjadi pada tahun 2023 dan La Nina yang terjadi di awal 2024 ini telah mengganggu pola hujan dan perubahan suhu cuaca yang ekstrim dan menyebabkan gagal panen di negara-negara produsen beras.

India memegang kunci penting dalam ekspor beras di pasar global. Menjelang pemilu di awal tahun ini, pemerintah India membuat kebijakan untuk menjamin pasokan beras dalam negeri. Kebijakan ini membuat India menahan ekspor beras untuk sementara waktu. Hal ini meningkatkan ketegangan di pasar beras dunia, termasuk mempengaruhi negara importir yang menaruh ketergantungan pada ekspor beras India.

Selain faktor perubahan iklim dan kebijakan politik yang dilakukan India, konflik geopolitik yang memanas belakangan ini juga berpengaruh pada pasokan beras dunia. Salah satunya adalah konflik di laut merah yang memaksa kapal-kapal dagang untuk mencari jalur alternatif lain, sehingga menghambat pendistribusian komoditas termasuk beras.

Meski menimbulkan kekhawatiran, beberapa ahli berpendapat, krisis beras ini hanya akan bersifat sementara. Berakhirnya pemilu di India dan harapan pulihnya cuaca dunia, memunculkan adanya harapan harga beras akan kembali normal.

Namun, krisis beras yang terjadi di Indonesia ini tidak boleh dianggap sepele. Pengaruh ketiga faktor diatas menyebabkan ketidakstabilan pasokan beras dan harga beras. Solusi jangka panjang untuk ini perlu kerja sama global dan langkah yang pasti untuk mengatasinya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline