Lihat ke Halaman Asli

Humairoh

Ibu Rumah Tangga

Traveloka, "Backpacker" ke Malang pun Jadi Hemat

Diperbarui: 7 November 2017   15:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri : Rincian biaya tiket pergi

Assalamualaikum Malang, kalimat pertama yang saya ucapkan saat menginjakan kaki di stasiun Malang, ini pertama kalinya saya datang ke kota Apel. Tepat  pukul 01.17 dini hari saya dan Dina sampai di stasiun malang, kami menggunkan kereta api Jayabaya dari stasiun pasar senen. Sekitar satu bulan sebelum keberangkatan kami memesan tiket kereta via aplikasi traveloka. Mengapa pesan ditraveloka? karena banyak promonya, maklum wanita jika liat promo langsung dibeli. Harga tiket kereta api yang kami pesan sebesar Rp 250.000/tiket, totalnya untuk dua tiket Rp 500.000, biaya layanan Rp 5.000, diskon Rp 15.000, pengurangan kode unik Rp 316, jadi total yang harus kami bayar Rp 489.684 untuk perjalanan pergi. Kereta yang kami naiki saat perjalanan pulang berbeda saat perjalanan pergi, lebih mahal dikit, soalnya waktu kami ke Malang tepat long weekend, ada libur hari Raya Nyepi. Harga tiket perjalanan pulangnya dari stasiun Malang ke stasiun pasar senen Rp 275.000/tiket, totalnya untuk dua tiket Rp 550.000, biaya layanan Rp 5.000, diskon Rp 15.000, pengurangan kode unik Rp 889, jadi total yang harus kami bayar Rp 539.111 untuk perjalanan pulang ke Jakarta.

Dokpri : Rincian biaya tiket pulang

Pesan tiket menggunakan aplikasi traveloka mudah, cepat, dan ada diskon menarik. Selain itu traveloka merupakan partner resmi Kereta Api Indonesia, pilih kursi mudah, passenger quick pick, dan bisa pesan sampai dengan 3 jam sebelum waktu keberangkatan. Berdasarkan beberapa keuntungan yang saya sebutkan, ada hal yang menarik untuk saya jelaskan, yaitu tetang passenger quick pick.Apa itu passenger quick pick?  isi rincian penumpang sekarang, pilih penumpang dengan cepat nanti. Penumpang cepat pilih menghemat kerumitan memasukkan rincian penumpang yang sama setiap kali anda memesan. Maksudnya, saat baru pertama kali pesan tiket via traveloka, saya mengisi rincian data saya selanjutnya saat memesan tiket untuk kedua kalinya dan seterusanya, saya tidak perlu mengisi rincian data saya, karena sudah tersimpan secara otomatis di akun traveloka saya, menghemat waktu dan sangat memudahkan. Dengan menambahkan data ke dalam passenger quick pick, tidak perlu lagi menghafal rincian atau memasukkannya secara manual saat melakukan pemesanan yang selanjutnya. Banyaknya keuntungan dan kemudahan memesan tiket via traveloka, itu alesan saya memasan tiket via traveloka untuk pergi liburan ke Malang.

Lanjut cerita tentang petualangan saya dan Dina saat ke Malang, dengan berbekal gadget, kuota internet dan pulsa, sepanjang perjalanan saya dan Dina mencari kos harian terdekat dari stasiun Malang. Akhirnya kami menemukan kos harian yang bisa digunakan berdua, letaknya kira-kira 1 km dari stasiun Malang, di belakang Rumah Sakit Umum Saiful Anwar Malang. Pagi harinya setelah beres-beres kami langsung keluar dari penginapan menuju kampung warna-warni di kelurahan Jodipan kota Malang. Perkampungan di daerah aliran sungai Brantas ini dahulu merupakan perkampungan kumuh yang disulap oleh sekelompok mahasiswa dari program studi Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Letaknya tidak jauh dari stasiun Malang, sekitar 700 meter, saat kami kesana kebetulan sedang ada pertunjukan dari warga kampung setempat.

Dokpri : Kampung warna-warni Jodipan

Setelah puas berkeliling kampung warna-warni Jodipan, kami langsung mencari angkot ke kota Batu, sebenarnya kota Batu merupakan tujuan utama kami. Menurut informasi yang kami dapatkan dari teman-teman yang perna ke Malang, tempat wisata yang paling banyak di Malang itu daerah kota Batu dan suasananya pun dingin. Sepanjang perjalanan menuju kota Batu kami mulai mencari kosan harian, kami menemukan kosan harian yang letaknya tidak jauh dari alun-alun kota Batu. Sesampainya penginapan pukul 11.30 dan langsung beres-beres untuk ke wisata selanjutnya. Tempat wisata pertama yang kami kunjungi di kota Batu, yaitu pasar apung, letaknya tepat di depan museum transportasi atau biasa disebut museum angkut Malang. Menikmati pemandangan dan berfoto-foto di pasar apung serta belanja accessories sudah kami lakukan, saatnya ke tempat wisata berikutnya. Selanjutkan kami pergi ke Batu Night Spectacular (BNS), lokasinya tidak jauh dari museum angkut, namun saat itu turun hujan, dan kata pak satpam di daerah museum angkut tidak ada angkot umum yang lewat, mencari ojek online pun tidak bisa, karena keadaan saat itu hujan. Beberapa saat kemudian kami melihat angkot yang telah selesai menuruni sebuah rombongan, kami memberanikan diri untuk bertanya angkotnya lewat BNS atau tidak, rejeki anak sholeha, bapak angkotnya lewat BNS dan mau memberi tumpangkan untuk kami. Menempuh perjalanan sekitar 15 menit, kami sampai di BNS. Setelah tiket ditangan, kami langsung masuk BNS menikmati minggu malam di BNS dengan foto-foto dan belanja oleh-oleh. Hari semakin malam, kami langsung ke penginapan untuk beristirahat dan menyiapakan hari esok untuk ke tempat wisata selanjutnya.

Dokpri : Pasar Apung kota Batu

Matahari sudah mulai terbit, kami langsung siap-siap ke tempat wisata berikutnya. Paralayang, tempat yang asik buat berfoto-foto ini menyajikan pemandangan yang sangat indah, lokasinya di gunung banyak. Setelah itu kami ke omah kayu, tempatnya juga tidak kalah asik dari paralayang untuk berfoto-foto. Selain itu omah kayu juga bisa untuk menginap, kami sempat lihat turis banyak yang bemalam di omah kayu. Selanjutnya tempat wisata yang terakhir kami kunjungi yaitu di taman kelinci Pujon, lokasinya tidak telalu jauh dari paralayang dan omah kayu, cukup jalan kaki sekitar 10-15 menit sudah sampai. Taman kelinci Pujon sangat menarik, kami disuguhkan pemandangan seperti di Negeri Dongeng.

Dokpri : Taman kelinci Pujon

Hari sudah semakin siang, kami harus kembali ke penginapan, untuk bersiap pulang ke Jakarta. Namun kami tidak menemukan angkutan umum di sekitar tempat wisata, alhasil kami harus berjalan sampai jalan raya, namun tidak terlihat juga angkutan umumnya. Menurut warga setempat biasanya ada bus yang lewat jalan raya sebelum masuk tempat wisata. Akhirnya kami memberanikan diri untuk meminta bantuan mobil pickupuntuk ikut, minimal sampai ketemu angkutan umum, rejeki anak sholeha, akhirnya kami bertemu mobil pickup yang mengangkut sayur, kebetulan tidak ada penumpang disamping bapak supirnya, dan searah dengan penginapan kami. Bapak supirnya baik sekali, beliau mengantarkan kami sampai alun-alun kota Batu, dan saat kami ingin membayarnya, beliau tidak mau. Akhirnya kami hanya mengucapkan terimakasih.

Setibanya di penginapan, kami langsung membereskan pakaian dan berangkat ke stasiun menggunakan angkutan umum. Bisa dikatakan kami ke malang hanya modal gadget, kuota internet, uang seadanya, dan berani bertanya. Tepat pukul 18.20 kereta api Majapahit bergegas meningkalkan stasiun Malang. Selamat tinggal kota Apel, terimakasih untuk 41 jam 3 menit telah meperbolehkan kami singgah di kota nan Indah, sampai bertemu dilain kesempatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline