Lihat ke Halaman Asli

Uly Abdul Jalil

Umma Maryam

Anak Pertamaku BBLR

Diperbarui: 23 Desember 2021   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Bismillahirrahmanirrahim.


7 Oktober 2020, tepat di usiaku 26 tahun di bulan ketiga pernikahan. Aku mendapati kabar paling membahagiakan dalam hidupku: aku hamil 7 minggu!
Sulit menjelaskan gejolak emosi saat itu. Rasanya begitu membuncah.
Dengan jantung yang masih berdebar, kudoakan ia setiap saat, menanti dengan penuh harap cemas.

9 Mei 2021, pukul 17.48 WIB.
Putri pertama ku telah lahir, melalui operasi sesar, dengan status BBLR: Berat Badan Lahir Rendah.

Aku menamainya Maryam, sebuah nama yang sudah sangat jauh ku pikirkan bahkan sebelum menikah, sebagai sebuah harapan dan doa jika kelak aku memiliki anak perempuan.

Maryam, anakku terlahir dengan berat 2,3kg. Mungil, aku menyebutnya. Dengan status itu, Maryam harus masuk NICU. Di ruang rawat inap, aku terus menangis dipenuhi rasa bersalah: mengapa anak ku harus terlahir kecil, mengapa anak ku harus masuk NICU, mengapa anak ku harus di lahirkan lebih cepat (Maryam harusnya lahir pada 21 Mei 2021), dan perasaan bersalah lainnya.

Aku juga rasanya marah kepada semua: marah kepada dokter yang salah mendiagnosis bb Maryam (Maryam di prediksi 2,8 - 2,9 kg), marah kepada diri sendiri yang merasa gagal merencanakan segala hal tentang Maryam, marah kepada keadaan yang tidak sesuai aku harapkan.

Ditengah semua gejolak emosi, ASI ku seret. Tidak ada yang keluar, bahkan menetes pun tidak.

Pada titik ini, aku berdoa dengan sangat kencang kepada Allah, agar dilimpahkan ASI tumpah ruah untuk aku menyusui Maryam, sehingga berat badan nya dapat ku kejar. Alhamdulillah, Allah Maha Baik mendengarkan doa ku. Di hari kedua, 16  jam setelah melahirkan, ASI ku mulai merembes, tepat ketika Maryam dikembalikan padaku.

Untuk pertama kalinya aku berjumpa dan memeluk Maryam, setelah 16 jam dia di rawat di NICU. Berbagai emosi campur aduk; haru, senang, sedih, bahagia. Oh, ini rasanya memeluk anak untuk pertama kali, batin ku.
Berjuta rasa syukur terus kupanjatkan, betapa anak ku sehat sempurna. Hanya bb nya saja yang harus ku kejar.

Hari ketiga, kami sudah dibolehkan pulang oleh dokter. Dan, disinilah, semua cerita roller coaster itu bermula.

Alhamdulillahirabbil'alamin. Alhamdulillah 'ala kullihal.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline