Lihat ke Halaman Asli

Analisis Strategi China dalam Memperluas Pengaruhnya di Timur Tengah: Sebuah Studi Kasus Kerjasama Iran-China

Diperbarui: 30 September 2022   18:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pexels.com/Aaditya Arora

Amerika Serikat menyatakan mundur dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang merupakan perjanjian resmi nuklir Iran atau Iran Nuclear Deal atau Iran Deal. Perjanjian ini pada awalnya diikuti oleh Iran, Amerika Serikat, Tiongkok, Perancis, Rusia, Inggris dan Jerman. JCOPA disahkan oleh Dewan Keamanan PBB pada tanggal 20 Juli 2015 dalam Resolusi PBB Nomor 2231 dan memberikan sanksi ekonomi terhadap Iran, dimana penyebabnya adalah janji kampanye Donald Trump ketika pemilihan umum. Hal ini pada akhirnya memicu negara lain yang menjalin Kerjasama bisnis dengan Iran kemudian menghentikan kegiatan impor mereka. Ini juga pada akhirnya memunculkan ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Di saat Amerika Serikat berusaha keras dalam mengeluarkan Beijing dari perdagangan teknologi di wilayah seberang Samudera Atlantik, Menteri Luar Negeri China Wang Yi melakukan kunjungan ke 6 negara di Timur Tengah. Ini juga menjadi kunjungan penting bagi permintaan Iran kepada Jerman, Prancis, Inggris, Rusia dan China mengenai JCPOA untuk mengusulkan insentif ekonomi alternatif untuk mengimbangi sanksi AS.

China mengharapkan bahwa upayanya di kawasan ini dan terutama keterlibatannya dengan Iran akan mendorong para penandatangan JCPOA untuk mencari ruang pencapaian jalan tengah dan membawa pihak-pihak yang bersangkutan ke meja perundingan guna menangani program nuklir Iran. China berusaha mendorong keterlibatan Teheran secara diplomatis dan dengan demikian berkontribusi untuk meredakan ketegangan di kawasan tersebut ketika negara-negara lain melakukan pendekatan dengan memberikan tekanan militer pada Iran. Dengan cara tersebut, China ingin memperluas pengaruhnya di kancah internasional dengan memposisikan diri sebagai pihak pemecah masalah untuk menyelesaikan masalah yang terjebak dan butuh penyelesaian. Ini juga menjadi jalan bagi China untuk melindungi kesepakatan nuklir Iran dan mempertahankan kepentingan sah hubungan Sino-Iran.

 

  • Level Analisa                         : Sistem Internasional
  • Konsep dan Teori                : Konstruktivisme adalah salah satu pendekatan penting dalam Hubungan Internasional yang berfokus pada dimensi non-material untuk menjelaskan fenomena Hubungan Internasional. Dimensi ini memiliki bermacam bentuk, diantaranya adalah identitas, norma, budaya dan bahasa. Dalam hal ini, identitas Amerika Serikat dan Iran sudah saling bertolak belakang. Ini memicu adanya kecurigaan dan tuduhan atas pelarangan kunjungan IAEA (International Atomic Energy Agency) dan berujung pada jatuhnya sanksi ekonomi terhadap Iran. Disamping itu, munculnya China sebagai penengah juga dilatarbelakangi atas kesamaan persepsi dan tujuan antara China dan Iran.
  • Akar Konflik             : Keluarnya Amerika Serikat dari JCPOA yang mengakibatkan pada sanksi ekonomi Amerika Serikat terhadap Iran.
  • Batang Pohon            : China dan Iran memiliki persamaan persepsi dimana keduanya berusaha untuk melawan dominasi Amerika Serikat dan mempromosikan system internasional yang multipolar. Sehingga dalam hal ini, kedua negara saling membutuhkan satu dengan lainnya baik Iran menjadi sebagai penyedia sumber peningkatan daya dan memiliki peran penting dalam kesuksesan China dalam membangun Kembali jalur perdagangan proyek One Belt One Road Initiative.
  • Daun Konflik            : Strategi China dalam memperluas pengaruhnya di kawasan Timur Tengah sebagai mediator, pembela dan pembangunan tatanan global saat ini.

Resolusi Konflik        :

China memproyeksikan diri sebagai pembela, pembangun dan kontributor yang tangguh dalam tatanan internasional saat ini. Melalui Menteri Luar Negeri China, Wang Yi meminta Amerika guna mengambil tindakan konkret untuk meringankan sanksi sepihak terhadap Iran dan berhenti dalam mengejar yurisdiksinya atas pihak ketiga. China juga meminta Iran untuk kembali memenuhi komitmennya pada masalah nuklir. Disamping itu pula menyarankan agar masyarakat internasional turut mendukung upaya negara-negara kawasan dalam menjadikan Timur Tengah sebagai zona bebeas nuklir. Iran sendiri menggarisbawahi peran penting China sebagi mediator baik dalam kontribusi apapun di masa mendatang terutama yang terkait perubahan iklim dan masalah nuklir. Karena Iran menginginkan Amerika Serikat untuk turut Kembali pada kesepakatan nuklir, dan China mungkin memainkan peran kunci dalam memfasilitasi negosiasi itu.

REFERENSI

Djuyandi, Y., Brahmantika, S.GS., Tarigan, B.R. (2021). Runtuhnya Global Governance: Saat Keluarnya AS dari Joint Comprehensive Plan of Action. Jurnal Society, 9 (2), 527-544.

Johanson, D., Li, J., Wu, T. (2019). New Perspective on China's Relations with The World. International Relations Publishing, Bristol.

Bowen, J. (2021). China Bidik Timur Tengah lewat Kerjasama dengan Iran. Dikutip dari https://www.bbc.com/indonesia/dunia-56602441 pada 23 September 2022 pukul 12.08 WIB.

Rosyidin, M. (2020). Teori Hubungan Internasional: Dari Perspektif Klasik Sampai Non-Barat. Rajagrafindo. Depok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline