Judul: Dear Imamku
Tanggal rilis: 13 Mei 2021
Sutradara: Dian W. Sasmita
Bahasa: Indonesia
Artis: Dul Jaelani, Tissa Biani
Apakah ada istilah salah memilih pasangan hidup?
Seakan film ini berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Alysa dan Haris yang jatuh cinta dan menjalin hubungan ketika mereka menjadi anak nakal tiba-tiba harus dihadapkan dengan keadaan yang menjadikan Haris tobat. Ibunya sakit keras. Ia berpesan agar anaknya menjadi anak yang rajin ibadah. Karena keluarga yang dimiliki hanya ibunya, Haris memutuskan untuk berhijrah. Ibu Haris senang melihat anaknya berubah lebih baik.
Hilang masalah satu muncul lagi masalah lainnya. Alysa tidak suka dengan sikap Haris yang lebih menjaga jarak. Apalagi sebelumnya mereka berdua adalah konten kreator sukses yang mengisi konten relationship romantis keduanya. Dengan hijrahnya Haris, artinya bisnis tersebut tidak dapat dilanjutkan lagi. Alysa mengalami dilema. Sebenarnya ia mau menerima Haris apa adanya, namun ia dihimpit kebutuhan ekonomi oleh keluarganya. Kesimpulan putus hubungan diambil.
Haris tetap belum tenang walaupun ia sendiri yang memutuskan hubungan mereka. hingga ia bertemu dengan seorang ustadz, meminta pendapat apa yang harus dilakukannya. Sesuai syariat Islam, jika kita benar-benar mencintai seseorang, maka menikah adalah jalan keluarnya jika tidak ingin meninggalkannya. Singkat cerita mereka menikah juga.
Tak lama kemudian Ibu Haris meninggal, dengan meninggalkan hutang yang lumayan banyak. Alysa semakin resah, tidak mungkin beban tersebut hanya ditanggung suaminya. Ia juga ingin berkarir agar dapat membantu Haris. Namun suaminya justru tidak mengizinkan, menganggap bahwa nafkah adalah kewajibannya. Alysa bersikeras bahwa ia juga ingin meniti karirnya, sesuai cita-citanya ia ingin kuliah di Harvard.
Konflik ini semakin memanas, puncaknya ketika keduanya merasa tidak cocok satu sama lain. Haris merasa Alysa bukan istri yang cocok untuknya. Alysa juga merasa bahwa ia tidak pantas menjadi istri Haris yang lebih tebal imannya.
Konflik tersebut selesai setelah keduanya sadar.
Bahwa hanya perlu menurunkan ego masing-masing dan saling memberi ruang untuk dapat bertahan hidup berdampingan.
Jadi, tidak ada istilah salah dalam memilih pendamping hidup. Yang ada, masalah adalah ujian seberapa kuat hubungan kita dengan pendamping hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H