Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Nilai Diri Dalam Pengambilan Keputusan

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14103132181628173501

“Hidupku Pilihanku” indah sekali rasanya bila ada orang yang berkata demikian. Orang yang sudah memegang penuh kendali atas dirinya sendiri bak penguasa aura independen bahwa prinsipnya sulit diubah. Teguh pendiriannya dan setiap pilihan serta tindakannya selalu berpijak pada argumen yang kuat.

Namun, kita sering melihat contoh kasus ekstrem, efek samping dari pengambil alihan diri yang tidak tepat.

Ada orang yang setelah bertekad mengambil alih 100% tanggung jawab dirinya justru mengabaikan orang lain. Dia abaikan kehadiran orang lain, dia abaikan perasaan orang lain, bahkan dia abaikan peran orang lain. Seolah semua faktor yang datang dari luar tidak pernah ada artinya.

“Inilah keputusan saya. Inilah hidup saya. Anda tak berhak ikut campur. Saya siap 100% bertanggung jawab atas risikonya.”

Ada rasa pongah tersendiri dari aplikasi tidak tepat konsep take 100% responsibility of your life (mengambil sepenuhnya tanggung jawab hidup pribadi).

Keadaan di atas mungkin pernah dialami oleh orang-orang yang mulai merasa “Aha! Seperti inilah seharusnya hidup saya!”

Percayalah bahwa mengabaikan peran orang lain, mengabaikan proses menjalin hubungan yang baik dengan orang lain adalah jalur tercepat menuju kejatuhan episode hidup seseorang.

Dalam konsep DMoL (Decision Making of Life), tahap paling awal untuk mengambil keputusan adalah “Take” (mengambil alih kendali diri ini, siap bertanggungjawab 100% atas apapun risikonya). Namun, jangan berhenti hanya sampai di sana. Tahap akhir sebelum mengambil keputusan, yang perlu diperhatikan adalah “Value” (Nilai-Nilai).

Value on Decision Making ibarat lampu kuning yang membuat kita berhati-hati sebelum pengambilan keputusan.

Salah satu yang harus kita periksa dalam pengambilan keputusan adalah value (nilai-nilai) diri kita sendiri. Selanjutnya, baru periksa value (nilai-nilai) orang lain, keluarga, lingkungan, perusahaan, dan seterusnya.

Nilai-nilai diri yang dianut oleh seseorang, biasanya adalah hasil dari pengkondisian (pola asuh) orang tuanya atau keluarganya. Apa-apa yang dia yakini adalah turunan dari apa yang diyakini pula oleh keluarganya atau orang tuanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline