Lihat ke Halaman Asli

Etika Keputusan di Media Sosial

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ramai kini di pemberitaan tuduhan penghinaan melalui media sosial (Path, Twitter) terhadap Yogyakarta dan pribadi walikota Bandung. Sudah banyak pula yang membahasnya kenapa ini bisa terjadi. Ada yang setuju dengan penahanan pihak yang membuat "status" atau "kicauan", ada pula yang tidak setuju.

Namun, baik mereka yang setuju atau tidak setuju dengan penahanannya, pada dasarnya kedua pihak sama-sama sepaham bahwa penghinaan di media sosial adalah tindakan yang salah, keliru, melanggar etika.

Pertanyaannya kini, mana yang harus kita perbaiki? Media sosialnya, atau etikanya?

Kita semua tahu bahwa kita sulit mengontrol tindakan, pikiran, dan perasaan orang lain terhadap kita, terlebih jika di dunia maya seperti Twitter, Facebook, Instagram atau Path. Dengan kata lain, kita sulit mengontrol stimulus yang memang terjadi di luar kendali kita. Satu yang bisa kita kuasai adalah respons yang akan kita berikan terhadap stimulus-stimulus yang datang.

Stimulus itu bisa berupa kejadian antrian BBM yang panjang. Stimulus itu bisa pula berupa kejadian menggunungnya sampah di jalanan. Apapun kejadiannya, kita sulit mengontrolnya. Yang harus kita kontrol adalah apa respons yang akan kita berikan terhadap kejadian-kejadian itu? Apalagi bila responnya kita perlihatkan, kita tampilkan, kita tunjukkan melalui beberapa kalimat atau gambar di media sosial. Ini penting untuk kita kontrol.

Dulu, ada peribahasa "Think Today and Speak Tomorrow", jangan asal nyeplak, jangan asal bunyi, jangan asal nge-tweet.

Mengapa?

Karena antara Stimulus yang terjadi dengan Respons yang akan kita berikan, terdapat jeda. Jeda itu adalah Kebebasan kita untuk memilih respons. Kebebasan kita untuk membuat keputusan, respon seperti apa yang akan kita berikan untuk stimulus yang baru saja terjadi?

Keputusan (sebagai jeda antara Stimulus dan Respons) sangat bergantung kepada tempat.

Kita sering mendengar, "Keputusanmu itu melanggar Moral!" atau "Keputusanmu itu melanggar Etika!" Apakah makna keduanya sama?

Tidak sama sekali. Moral dan Etika dalam pengambilan keputusan sangat bergantung kepada 'tempat', bergantung pada konteksnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline