Lihat ke Halaman Asli

Dua Kutub Decision Making

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Biasanya, keputusan selalu dikaitkan dengan banyaknya opsi yang tersedia, lantas kita harus putuskan satu yang mesti dipilih. Memilih satu dari sekian banyak pilihan sering diartikan sebagai pengambilan keputusan.
Sesederhana itu.
Padahal, memilih untuk mengambil sikap diri pun adalah pengambilan keputusan. Memilih untuk diam atau bersikap juga adalah pengambilan keputusan. Keputusan akan selalu menjadi pintu masuk dari ketidakpastian menjadi lebih pasti. Dari serba tidak jelas menjadi jauh lebih jelas.
Saya yakin betul bahwa untuk mengambil keputusan dibutuhkan keberanian. Dibutuhkan tekad yang bulat bahwa apapun konsekuensi yang terjadi setelah keputusan dibuat, kita siap untuk melaluinya. Seolah pembeda antara kita, manusia, dengan makhluk lain kentara terlihat saat kita sedang ada dalam proses pengambilan keputusan.
Mungkin ayam tidak akan pernah bisa membuat keputusan Undang-Undang apa yang harus disahkan.
Mungkin mamalia tidak akan pernah bisa membuat keputusan utang apa yang akan dibayar hari ini.
Mungkin burung-burung tidak akan pernah bisa membuat keputusan apakah Premium atau Pertamax yang kita beli hari ini.
Hanya kita, manusia, yang diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan. Apapun itu.
Salah satu prinsip penting dalam proses pengambilan keputusan adalah keberanian mengambil alih kendali diri sendiri. Dia berhasil mem-personifikasi dirinya sendiri sehingga bulat siap menghadapi apapun konsekuensi yang terjadi nanti.
Keberanian mengambil alih kendali diri sendiri itu tidak muncul begitu saja. Terinspirasi dari Jim Collins dalam bukunya, Great By Choice, ada kita namakan 2 (Dua) Kutub yang harus dilalui hingga akhirnya muncul pengambil alihan kendali diri.
Kutub Pertama adalah kita harus paham bahwa saat akan mengambil keputusan kita sedang menghadapi ketidakpastian. Ada stimulus-stimulus yang serba tidak pasti sehingga kita harus mengambil sebuah keputusan. Di kutub pertama pula, kita sadar bahwa kita tidak bisa secara akurat meramalkan apa yang akan terjadi, dan kita juga tidak bisa secara signifikan mengendalikan apa yang terjadi di lingkungan.
Bila kita sudah sadar dengan Kutub Pertama ini, selanjutnya ada yang disebut dengan Kutub Kedua.
Kutub Kedua adalah kita menolak gagasan bahwa kekuatan di luar kendali diri (seperti peristiwa tak terduga) akan menentukan hasil/nasib kita.
Bila dua kutub ini sudah kita lalui, seperti Jim Collins bilang, kita akan mampu mengambil tanggungjawab penuh atas apapun hasil yang dijumpa nanti setelah pengambilan keputusan.
Selamat berlayar melewati 2 (Dua) Kutub.
---
Asep Saeful Ulum
Decision Support Analyst
Twitter : @UlumDSA




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline