Lihat ke Halaman Asli

Strategi Kejelasan

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Perlu menyisihkan sampai 40% waktu dan energi emosi bagi seorang pemimpin, untuk memilih, menilai, dan mengembangkan sumber daya manusia”
(Larry Bossidy)

Saat menghadapi load kerja yang tiba-tiba menjadi banyak, salah satu kewajiban dari seorang pemimpin adalah memastikan bahwa alur kerja akan tetap sama baiknya dengan kondisi saat load kerja normal. Sebagai bukti untuk memastikannya, bisa berupa penyusunan strategi khusus, atau komunikasi yang lebih efektif, briefing yang lebih sering dari biasanya, dan lain-lain.

Namun, dari segala penyebab hambatan yang terjadi ketika load kerja menjadi menumpuk, yang paling utama yang sebaiknya diperhatikan adalah kejelasan informasi.

Tingkat kejelasan informasi inilah yang akan menentukan bagaimana reaksi yang muncul dari tim kerja, termasuk mempengaruhi pula sikap pemimpinnya. Bila informasi yang diterima tidak jelas, besar kemungkinan tim akan bekerja dengan lambat, sering melakukan kelalaian-kelalaian kecil namun berdampak besar, dan target pun akhirnya menjadi tidak tercapai. Besar sekali ongkos yang harus dibayar saat kejelasan informasi tidak didapatkan.

Untuk itu, diantara sekian strategi untuk memperjelas informasi yang dibutuhkan sehingga semua tim kerja memperoleh informasi yang relatif sama, ada beberapa langkah efektif yang bisa dilakukan oleh seorang pemimpin. Langkah-langkah ini diadopsi dari metode pengambilan keputusan C.L.E.A.R.

Pertama (C), Collect the Data. Dalam Bahasa Indonesia kita bisa katakan ‘Cari Informasi Sebanyak-banyaknya.’ Dibutuhkan komitmen pribadi yang kuat dari seorang pemimpin untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya ketika permasalahan terjadi. Proses ini akan menyita waktu, pelaksanaan dialog, meng-cover informasi dari kedua sisi, lelah dalam menilai orang lain dan bisa jadi melibatkan pula luka emosi.

Kedua (L), Looking for Option. Dalam Bahasa Indonesia kita bisa sebut ‘Lihat Segala Pilihan.’ Setelah pemimpin harus mau berlelah-lelah di tahap (C), di tahap (L) ini pemimpin perlu mengambil jeda sejenak. Mendinginkan pikirannya, melihat segala sesuatunya dengan tenang dan tidak terburu-buru.

Ketiga (E), Elect the Option. Dalam Bahasa Indonesia kita bisa katakan ‘Enyahkan Opsi Lain.’ Di sinilah inti dari pengambilan keputusan seorang pemimpin. Pilihan sikap mana yang akan dia pilih? Strategi kerja yang mana yang akan diterapkan. Sebelum benar-benar keputusannya nanti diaktualisasikan, di tahap ini ada baiknya pemimpin mendengarkan masukan atau pertimbangan dari orang-orang yang dipercaya.

Keempat (A), Action. Setelah melewati 3 tahapan, baru disini pemimpin menunjukkan aksi pertamanya dari hasil keputusannya. Kebanyakan justru baru sedikit mengumpulkan informasi, sudah terburu-buru memberikan reaksi.

Kelima (R), Re-evaluate. Dalam Bahasa Indonesia kita bisa katakan ‘Runutlah pada setiap evaluasi.’ Pemimpin perlu mengevaluasi metode yang sudah digunakan ketika melewati tahap (C), (L), (E), dan (A). Sehingga ke depan akan menemukan pola yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan.

Dengan disiplin menggunakan metode keputusan C.L.E.A.R ini pemimpin dan timnya akan mendapatkan gambaran informasi yang relatif jauh lebih jelas.

Semoga kita senantiasa diberikan kejelasan, ketenangan, dan kebahagiaan.

Originally Created by : Asep Saeful Ulum
Decision Support Analyst
Twitter : @UlumDSA




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline