Songkolo begadang adalah salah satu makanan khas orang Sulawesi Selatan. Dinamakan songkolo karena berasal dari kata songko yang berarti nasi ketan. Begadang karena kuliner yang satu ini kerap disantap tengah malam. Di kota besar seperti Makassar, makanan ini memang mudah dijumpai saat tengah malam. Tapi di daerah pelosok Sulawesi, songkolo justru lebih sering ditemukan di pagi hari.
Seperti halnya orang bugis di Kabupaten Wajo, sokko kerap dijadikan menu sarapan. Bahkan ada sejenis sokko yang dimasak lebih lama dan lebih kenyal dinamakan kaledde'.
Jika di Makassar biasanya songkolo disantap dengan ikan teri, sambel, serundeng (parutan kelapa yang sudah dioseng ding), dan telur asin. Di Wajo, sokko dimakan dengan ikan kering bakar yang disiram minyak kelapa (kopyor). Minyak kelapa ini dimasak sendiri biasanya dari kelapa hasil kebun. Berbeda dengan minyak goreng lainnya, aroma minyak kelapa begitu wangi.
Menyantap sarapan sokko atau kaledde dengan ikan asin yang dibakar lalu dicocol sambel menjadi penyemangat tersendiri di pagi hari. Belum lagi jika ditutup dengan secangkir kopi atau teh hangat.
Untuk menikmati songkolo begadang, di Makassar ada daerah tertentu yang menyajikan kudapan ini hingga dini hari. Salah satunya di daerah Pannara Antang. Ada juga di Jl.Kumala yang sudah bisa dipesan lewat ojek online.
Selain jadi menu sarapan, sokko juga jadi hidangan wajib di setiap acara hajatan. Sokko pun dibuat jadi warna- warni agar terlihat lebih menarik. Biasanya wadah sokko akan dilapisi daun pisang atau daun kelapa muda yang dihias dengan berbagai bentuk.
Selain disantap dengan ikan, telur, sokko juga nikmat dicocol dengan air gula atau disantap dengan buah- buahan seperti pisang masak atau mangga. Jadi, bukan hanya Thailand yang punya mango sticky rice, masyarakat di Sulawesi pun sudah lama mengenal santapan nasi ketan dengan buah mangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H