Lihat ke Halaman Asli

Cinta yang Mapan

Diperbarui: 17 Maret 2016   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tama melangkahkan kaki keluar dari lift, langkahnya gontai mendekati meja security yang sedang berjaga di lantai LG Loading Dock sebuah mall. Dengan pandangan kosong dia memindahkan barang returan di tangan kanannya ke tangan kiri, kemudian memberikan kartu visitor kepada security yang berseragam gagah memakai jas berwarna hitam, kemeja putih dan dasi hitam. Security paling rapih yang pernah ditemui Tama ya security-security di mall daerah Karet itu. Security itu tersenyum dan segera mencarikan KTP yang sudah dititipkan Tama, sementara Tama mengisi jam kepulangan di buku kunjungan yang berada di pos security itu.

“Dari mana, Mbak?” Tanya security itu memecahkan keheningan sambil terus mencarikan KTP Tama.

“Lantai 1” Jawab Tama singkat. Tama melihat tanda pengenal security itu, tertera namanya ‘Daud Tampubolon’. Namun, Tama hanya diam saja seperti tidak punya gairah hidup, walau dia baru saja bertemu dengan orang dari suku yang sama dengannya.

“Ito… Lah, Orang batak rupanya. Tama Siallagan..” Pekik security itu saat membaca nama dan marga Tama di KTP, sepertinya kegirangan saat bertemu sesama Batak. “Aku orang Batak juga…” Katanya sambil mengulurkan tangan ingin bersalaman.

“Oh…” Tama tersenyum tipis, lalu menggenggam tangan security yang bernama Daud itu dengan lemah, sementara Daud terlalu bersemangat berjabat tangan dengannya.

“Gak kau baca rupanya namaku ini…” Protes Daud dengan logat Bataknya yang kental sambil menunjukkan tanda pengenal di dadanya. “Orang Batak aku…”

“Heheh… Iya, iya…” Akhirnya Tama bisa tertawa sedikit melihat ekspresi Daud yang lucu saat memprotesnya.

“Dari mana?” Tanyanya, sambil membaca KTP Tama.

“Tarutung” Jawab Tama singkat.

“Aku dari Pematangsiantar.” Kata Daud tanpa ditanya. “Bah… Ketemu orang Batak juga aku. Minta dulu nomormu…” Katanya dengan percaya diri sambil memberikan KTP yang jadi pemicu perkenalan mereka.

Tama sedikit mengernyitkan dahi, mentang-mentang sesama orang Batak tapi tidak sebegitu cepatnya juga bertukar nomor HP. Tama merupakan perempuan yang sedikit tertutup untuk masalah laki-laki. Mungkin di umurnya yang sudah 25 tahun, dia baru sekali berpacaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline