Lihat ke Halaman Asli

Komedi di Indonesia: Tertawa di Atas Penderitaan Orang Lain

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1326314613769397233

[caption id="attachment_163180" align="aligncenter" width="640" caption="ilustrasi/admin(shutterstock.com)"][/caption]

Makin hari makin bingung saja memilih acara hiburan di pertelevisian Indonesia ini. Beberapa channel TV sudah saya masukkan di daftar hitam saya untuk tidak saya tonton apalagi bila di malam hari. Karena saya termasuk orang yang tidak suka menonton sinetron Indonesia yang full music, yang suka omong sendiri (padahal di dunia nyata hanya orang gila yang ngomong sendiri), yang slow motion-nya bikin penonton ketiduran duluan dan yang pemeran protagonisnya malah anarkis sama pemain antagonisnya *ketawa*. Maaf... Maaf yah buat para penggemar sinteron. Ini hanya pendapat dari saya selaku orang kampung tapi setidaknya orang kampung ini mau juga dong mendapatkan tontonan yang bisa membuat orang kampung serasa jadi orang kota. Lha? Ini apa coba?

[caption id="attachment_163160" align="alignleft" width="350" caption="Image - andisturbia.wordpress.com"]

1326301555731607801

[/caption]

Oke, itu tadi masalah sinetron-sinetron Indonesia yang 'terlalu' (Terlalu panjang episodenya). Lain lagi masalah acara gosip-gosip Indonesia yang lebih mengekspos masalah-masalah selebritis, bukannya info prestasi-prestasi selebritis Indonesia diperbanyak malah masalahnya (Dan apa iya? Artis Indonesia lagi tidak ada yang berprestasi?)

Beberapa acara yang lebay tadi sudah saya singkirkan dari tontonan saya. Kemudian saya lebih memilih acara komedi di salah satu stasiun. Jelaslah saya lebih ingin tertawa dari pada menonton acara menguras airmata (bukan karena sedih, tapi karena kejanggalan-kejanggalannya). Tetapi makin lama kok saya makin merasa ada yang ganjil yah? Apa lagi di tiap adegan yang membuat tawa penonton semua meledak.

"Adegan ini tidak berbahaya karena properti terbuat dari styrofoam". Kalimat ini sering sekali muncul jika para komedian sudah melakukan pukul memukul yang berlebihan. Masa iya sich? Kalimat di atas menjadi salah satu pembenaran untuk melakukan kekasaran sekalipun itu tidak mencederai si komedian? Lalu bagaimana yang menonton? Jika penontonnya anak-anak lagi bagaimana? Lagipula sampah styrofoam itu juga tidak ramah lingkungan bukan? Sulit diurai dan didaur ulang.  Dan yang sering kelompok lawak ini lakukan adalah memaki satu sama lain. Slapstick!!! Masih untung jika bukan tayangan live masih bisa disensor. Nah, kalau tayangan live? Jeddddeeerrr!!! Terdengarlah beberapa kata-kata mutiara itu.

Lain hal lagi, baru-baru ini salah satu komedian kita disemprot sama KPI karena dianggap telah menampilkan lawakan yang merendahkan korban pelecehan seksual di dalam angkot. Ya envelope!!! Apa karena mereka artis maka merendahkan seseorang lain itu menjadi pembenaran? Bagaimana kalau dia si korban pemerkosaan lalu dijadikan bahan tertawaan. Tidak memiliki sense sama sekali. Ironis!!! Tertawa kok di atas penderitaan orang lain?

Dan, masa iya? Tak ada jalan lain lagi menampilkan komedi tanpa aksi kekerasan? Tanpa melecehkan dengan perkataan. Mungkin artis Indonesia jaman sekarang tidak pernah mendengar "Mulutmu, Harimaumu". Komedian Indonesia hanya memikirkan "yang penting lucu", "yang penting digaji". Urusan perasaan orang, kerusakan alam dan lain sebagainya, mereka tak mau tahu.

Entah kenapa saya ingin membahas ini saat menonton tayangan tadi. Dan pada intinya, tayangn di Indonesia kebanyakan tidak layak untuk dipertontonkan. Yang mendidik hanyalah sedikit saja. Masa iya untuk menghindari itu masyarakat berlangganan TV Cable? Apa semua punya uang untuk itu? Miris rasanya melihat para publik figur  wawasannya kurang. Seperti contoh Syahrini yang tak tahu tentang mobil Esemka *malu aku* (Saya yakin bulu mata Syahrini yang anti badai itu turut malu). Wawasan kurang tapi omong banyak alih-alih yah jadi kesalahan fatal.

Seharusnya para produser-produser filter saja siapa-siapa saja artis-artisnya yang pantas. Masa iya penonton terus-terusan yang filter acara apa yang mau ditonton? Kami sudah kehabisan pilihan nih bapak-bapak, ibu-ibu... :) Kasihan kami orang kampung makin kampung karena produk-produk TV kalian itu.

Terimakasih sudah baca...!!!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline