[caption id="attachment_162489" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Kuliah sambil bekerja. Pasti akan mendapatkan pengalaman yang lebih bermakna ketimbang mahasiswa-mahasiswa lain yang pengangguran. Saya sendiri sangat iri pada mereka yang bisa kuliah sambil bekerja. Ingin saya lakukan hal yang sama. Tetapi sayangnya sepertinya saya tak mampu. Enaknya kuliah sambil bekerja adalah mereka bisa mengambil pengalaman bekerja menjadi studi kasus di kampus. Mahasiswa-mahasiswa yang sudah bekerja pasti akan kelihatan berbeda dengan mahasiswa-mahasiswa yang belum bekerja. Mereka lebih dewasa dalam penampilan dan sikap walau di wajahnya tergurat kelelahan yang tiada tara. Bagaimana tidak? Seharian diisi dengan sejumlah kegiatan yang mau tak mau harus diperhatikan ekstra. Terkadang masalah perkuliahan pun menjadi keteteran.
Jika ada orang yang bekerja ingin menyesuaikan minat dan salary dari pekerjaan itu. Namun untuk mahasiswa rasanya tidak etis membuat patokan tinggi seperti itu. Mahasiswa hanya bisa menyesuaikan waktu kuliah dengan jam kerja. Masalah gaji asalkan cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Syukur-syukur ada lebihnya pasti akan lebih bermanfaat.
Teman-teman saya sendiri ada yang sudah bekerja. Ada yang sebagai tenaga honorer di perusahaan swasta atau negri, tenaga privat, berjualan pulsa (biasanya disebut counter pulsa berjalan... Hehehe), ada yang jadi guru bahkan ada yang memang sudah menjadi PNS.
Pekerjaan yang cocok menurut saya untuk mahasiswa adalah sebagai berikut:
- Penjaga warnet, Kalau pakai shift maka mudah untuk membagi waktu.
- Bisnis MLM, susahnya sewaktu menagih kayaknya... Hehehe...
- Guru private, biasanya hanya untuk mengajari anak-anak SD.
- Pramusaji, terkesan sepele tetapi gaji pasti sangat mencukupi.
- Dancer, pekerjaan ini pasti untuk anak pergaulan.
- Penyiar radio, pekerjaan mahasiswa terkeren menurut saya.
- Bisnis online (Teman saya ada juga tuh menjadi reseller, FB-nya yang sudah lama tidak dipakai akhirnya dipakai lagi untuk promosi) Bisa juga memang untuk menjual produk sendiri.
- SPG, biasanya SPG rokok atau kartu perdana.
- Penulis online, melamar ke portal media online dan menjadi penulis konten website perusahaan.
- Dan lain sebagainya.
Sangat strategis bekerja sambil kuliah bila:
- Perkuliahannya memiliki beberapa sesi. Seperti kampus tempat saya ada kelas pagi, kelas siang dan kelas malam.
- Jarak. Antara tempat pekerjaan, kampus dan rumah.
- Pekerjaan dan ilmu yang didapat relevan
- Dan lain sebagainya (Silahkan kalau ingin menambahkan)
Masih banyak lagi pekerjaan yang cocok untuk mahasiswa menurut saya. Yang bisa menambah-nambah uang jajan dan administrasi perkuliahan. Tidak hanya membuat kita senang, pasti juga membuat orangtua bangga mempunyai anak yang mandiri. Meski harus pintar-pinta membagi waktu. Agar tidak ada satupun dari keduanya terabaikan. Hidup memang keras, dan orang mandiri tidak akan pernah mati sia-sia di tengah kerasnya hidup.
Namun bagaimana jika yang bekerja adalah seseorang yang sebenarnya pemalas dan tidak pernah serius melakukan segala hal? Seperti kisah teman saya, bulan Agustus lalu dia mengatakan pada saya bahwa dia akan bekerja sebagai tenaga guru honorer di salah satu SD negeri. Yang pertama kali saya tanyakan adalah, "Emang mampu?". Dia menjawabnya bertele-tele dan seperti saya tidak mengenal sifat aslinya.
Singkat cerita, terhitung semenjak September lalu dia sudah tidak pernah hadir lagi ke kampus. Saya SMS pasti dia jawab sedang mengurus pekerjaannya. Terkadang dia menjawab sedang sakit, sedang mengajar les sore dan bla bla bla. Pada akhirnya mendekati UTS, saya tanya serius supaya dia buru-buru melaporkan ke bagian pendidikan. Karena menurut saya sangat sia-sia bila di Tingkat III ini mesti berhenti kuliah karena pekerjaan. Tetapi dia menjawab ogah-ogahan dan malah mengajak saya turut repot dalam masalahnya. Selama ini kemana saja? Ok. bekerja tetapi kok kekeuh tetap bekerja sementara karena pekerjaan yang ternyata full time karena turut mengajar pelajaran tambahan membuat perkuliahannya terbengkalai?
Dari awal saya sudah ragu dia untuk bekerja serius! Saya sudah tidak mempercayai dia. Bukannya sepele, tapi coba bayangkan. Tidak bekerja saja terkadang absen kuliahnya bolong-bolong, sakit kepala sedikit saja sudah SMS saya minta dipermisikan. Saudara datang berkunjung ke rumahnya saja, dia permisi dari kampus. Lha? Kuliah sambil bekerja? Bagaimana ceritanya? Lagipula sangat sayang rasanya sudah Tingkat III dia menyia-nyiakannya. Kalau saja dia membuat permohonan cuti setahun pasti itu lebih enak kedengarannya. Nah, ini apa coba? Mengurusnya saja dia malas.
Itu contoh dilema kuliah sambil bekerja yang dilakukan oleh orang yang salah. Orang yang tepat menurut saya adalah orang yang bisa menjaga waktunya, tak apalah absennya bolong-bolong sedikit. Asalkan tidak langsung berhenti kuliah tanpa alasan yang cerdas.
Bagaimana pun saya salut pada mereka yang bisa melakukannya dengan sangat mandiri tanpa mengeluh sedikit pun. Sekali lagi saya katakan. Hidup memang keras, dan orang mandiri tidak akan pernah mati sia-sia di tengah kerasnya hidup.