Lihat ke Halaman Asli

Bangsa Takut Akan Tikus Kantor

Diperbarui: 3 November 2015   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari yang lalu kita merayakan salah satu hari yang paling berjasa bagi indonesia dalam sejarah kemerdekaan RI yaitu hari sumpah pemuda. Pernahkah kita memperingati hari bersejarah negara ini seperti sumpah pemuda kemarin dengan sebuah tangisan karena kita belum bisa melakukan seperti para pahlawan lakukan. Tanpa rasa pamrih, takut, ragu-ragu mereka membangun negara ini dengan penuh pengorbanan raga, harta bahkan nyawa mereka pertaruhkan untuk melawan penjajah. Mereka mengajukan diri menjadi pemimpin bukan untuk popularitas, sensasi, tapi sepenuhnya untuk mengabdi kepada bangsa ini. Tanpa mereka sekarang bisa jadi indonesia sudah tidak ada bahasa jawa, sunda tidak ada suku dayak, bugis, betawi, dsb yang ada hanyalah bahasa belanda dan orang dengan ras dari belanda atau dengan kata lain tanpa para pahlawan kita sampai sekarang belum bisa memproklamsikan kemerdekaan dan belum bisa mengibarkan bendera merah putih. Dan sekarang kita memperingati hari sebab kematian para pahlawan dengan pengibarang lampion, balon udara, kemeriahan setelah upacara bendera. Apakah sikap yang seperti itu pantas kita perlihatkan kepada sejarah Indoneisa yang penuh dengan darah? Sangat-sangat tidak pantas

Berbicara tentang kepantasan dan kemerdekaan kita melihat lebih jauh dari masalah perayaan hari-hari bersejarah indonesia. Pernahkah anda berpikir apakah para gelandangan, orang-orang miskn, orang difable, anak yatim piatu itu sudah merasakan kebebasan dan merasakan kesejahteraan? Kurasa mereka masih sangat jauh dengan yang namanya kebebasan apalagi kesejahteraan. Kenapa bisa begitu? Loo indonesia kan sudah merdeka? Indonesia merdeka itu sampai sekarang hanya sebagai kunci untuk membuka pintu bagi orang-orang yang serakah untuk menyalurkan keserakahannya atas nama kekuasaan yang sudah mereka duduki. Keserakahan itu dalam bentuk apa? Korupsi, kolusi dan nepotisme. Mengambil hak-hak rakyat miskin. Dalam kampanyenya mereka berkata akan mensejahhterakan rakyat miskin, membangun sekolah dsb. Akan tetapi nyatanya yang mereka lakukan memakan uang negara yang seharusnya dipakai untuk kepentingan rakyat malah digunakan untuk kepentingan pribadi mempermewah kendaraan pribadi, rumah, dan juga yang paling hina untuk mensejahterakan keluarga mereka yang sudah lebih dari sejahtera. Badan penegak hukum yang harusnya melawan korupsi juga malah berkorupsi.

Di Indonesia korupsi sudah menjadi bisnis tersendiri untuk mereka yang serakah yang mempunyai kekuasaan. Dengan sistem hukum yang tergolong ringan untuk orang-orsng yang berkorupsi membuat Indonesia semakin kesini semakin banyak pejabat-pajabat yang berkorupsi. Entah kenapa pemerintah seperti sangat enggan memperberat hukuman bagi para TIKUS-TIKUS KANTOR itu. Apakah pemerintah tidak memikirkan bahwa sebab indonesia belum maju-maju gara-gara para tikus-tikus tersebut. bangsa ini terlalu takut untuk bertintak kepada yang salah. Bangsa ini terlalu memikirkan diri pribadi masing-masing dari pada di suruh untuk mementingkan para rakyat kurang mampu entah fisiknya, materinya atau yang lainnya. Negara ini 70 tahun ini hanya merdeka dari tentara belanda dan tentara jepang. Belum merdeka dari ego bangsanya sendiri yang hanya mencari keuntungan untuk individu bukan untuk negara.

Rasa nasionalisme yang sudah tergerogoti oleh ego keburukan yang membawa bsngsa ini terlalu lemah untuk mengimplementasikan pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dasar negara itulah yang harus di tanamkan dan akarnya harus sampai hati agar tujuan bangsa ini untuk merdeka semakin dekat. Tanpa ada rakyat miskin, tanpa ada korupsi, tanpa ada kulosi dan nepotisme. KAU PARA KORUPTOR BACALAH ARTIKEL INI AGAR KAU TAU BAHWA SIKAPMU SANGAT BUSUK UNTUK NEGARA INI!

 Sumber: ariewayq.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline