Lihat ke Halaman Asli

"Memory in My Life"

Diperbarui: 14 Februari 2019   02:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang kurang mampu. Bapak bekerja di perusahaan  eksplorasi beliau pulang setelah 6 bulan, sedangkan mama untuk dapat mencukupi kebutuhan harian kami, ia berkerja sebagai buruh harian di ladang.

walaupun keadaan ekonomi kami sangat memprihatikan, namun mama selalu menekankan bahwa pendidikan merupakan hal utama, dan sekolah adalah harga mati. Seberapa sulit pun keuangan mama selalu usahakan agar kami tetap sekolah.

karena bapak hanya pulang setiap enam bulan, maka keuangan keluarga kami pun semakin hari semakin memprihatikan, kadangkala kami tidak memiliki beras untuk dimasak.

masih jelas dalam ingatan ku, dulu setiap pagi hari aku sering kali di tugaskan mama untuk menggedor pintu rumah tetangga untuk meminta nasi, agar kami dapat sarapan pagi.

mama selalu menekankan kami wajib makan nasi sebelum berangkat ke sekolah, karna beliau berasumsi jika tidak makan nasi sebelum sekolah maka konsentrasi belajar tidak akan baik.

Seringkali juga kami serapan hanya menggunakan lauk ikan asin atau bahkan hanya makan nasi yang dicampur dengan air putih. Karena nasinya sedikit dan harus dibagi tiga maka mama sering menyuapi kami makan. Dulu mungkin aku merasa jemu dengan hal ini, namun sekarang aku rindu makan dari tangan mama.

setelah pulang sekolah mama selalu menyempatkan waktu nya untuk menemani kami belajar, beliau akan memeriksa semua buku yang kami bawa dari sekolah.

pernah suatu ketika aku tidak memperhatikan guru disekolah sehingga ketika diberi latihan aku tidak dapat mengerjakan satu pun soal yang diberikan,, akhirnya aku dapat nilai nol. 

ketika sampai dirumah mama dan mama memeriksa buku latihan ku, beliau marah besar, beliau pukul aku dengan tangannya, dan menyuruh ku mengerjakan latihan itu dipapan tulis (mama sengaja membeli papan tulis bekas agar kami dapat belajar) sampai semua soal dapat diselesaikan dengan benar.

setalah semua soal diselesaikan dengan benar maka mama akan suruh aku salin kembali menuju dengan catatan esok hari aku harus menyerahkan apa yg telah aku kerjakan kepada guru. (Ini merupakan hal yang paling menjengkelkan menurutku)

Aku sangat bersyukur dulu mama sangat keras terhadap kami, apalagi menyangkut hal pendidikan. Hal itu tidak lah menjadi sia-sia. Ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, aku tergolong anak yang berprestasi secara akademik. Aku dikenal oleh hampir semua guru disekolah dan banyak murid yang menjuluki ku sebagai anak guru matematika, hal ini dikarenakan  karena  gitu matematika ku  sering memanggil namaku dan aku dapat menyelesaikan soal matematika dengan baik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline