31 Januari - 2 Februari 2022 kemarin kelompok 40 KKN MIT DR ke-13 UIN Walisongo Semarang melaksanakan kegiatan perlombaan yang dilaksanakan di TPQ Miftahul Jannah, Dusun Geneng, Desa Medayu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang.
Kegiatan itu dilaksanakan dalam rangka mengobarkan kembali semangat para santri dalam menuntut ilmu di sana. Adapun ajang perlombaan yang diadakan adalah lomba sholat, lomba cerdas-cermat (LCC), lomba mewarnai, lomba imla' (dikte bahasa Arab), lomba hafalan surat-surat pendek, lomba do'a sehari-hari, dan lomba adzan.
Dengan diadakannya perlombaan itu, diharapkan para santri dapat terpacu untuk belajar lebih giat demi mempersiapkan diri untuk berlomba-lomba meraih juara. Dan ketika perlombaan telah usai dan para pemenang telah diumumkan, mereka akan terpacu untuk lebih giat lagi belajar dan memperbaiki kekurangannya dan mempersiapkan diri lebih baik lagi agar ketika diadakan perlombaan lagi mereka menjadi lebih siap dan matang. Dan memang itulah tujuan utama diadakannya perlombaan tersebut.
Di sisi lain, hasil perlombaan itu juga bisa dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi para guru TPQ Miftahul Jannah itu untuk dapat mengidentifikasi dan mengetahui apa saja kekurangan para santri yang kiranya perlu diperbaiki, dan metode pembelajaran yang terbaik yang bagaimana agar mutu dan semangat santri dapat meningkatkan secara signifikan.
Teori Motivasi Belajar
Dalam teori kebutuhan dikatakan bahwa setiap individu selalu merasakan adanya suatu kebutuhan yang ingin dicapainya. Tidak ada orang yang sama sekali tidak merasakan adanya tuntutan kebutuhan, karena bila individu tidak merasakan kebutuhan sama sekali maka ia akan berada dalam keadaan diam total sebab ia tidak termotivasi untuk berbuat sesuatu. Keadaan seperti itu tidak pernah dialami oleh manusia.
Dalam uraian berikut ditunjukkan beberapa pendekatan atau beberapa hal yang menjadi pokok dalam tehnik pemberian motivasi siswa untuk belajar, dengan memanfaatkan pemahaman mengenai kebutuhan individu seperti diuraikan di atas disertai oleh pemahaman akan perbedaan individual yang menjadi pertimbangan yang penting pula.
Pertama, Ganjaran (Rewards). Pemberian ganjaran atau hadiah berkaitan dengan kebutuhan akan harga diri siswa. Bentuk ganjaran yang diberikan dapat bersifat simbolik seperti sertifikat, dapat berupa materi seperti buku, dan dapat pula bersifat psikologis seperti pujian dan pengakuan. Pada umumnya ganjaran materi akan lebih efektif bila diberikan pada siswa tingkat rendah sedangkan ganjaran untuk tingkat yang lebih atas harus lebih berbentuk simbolik dan psikologis.
Pujian sebagai ganjaran merupakan insentif yang tidak dapat diabaikan perannya dalam meningkatkan motivasi agar mengulang perbuatannya yang dipuji itu. Pujian tidak harus dinyatakan secara verbal. Suatu anggukan kepala, senyum, dan bahkan perhatian yang tulus terhadap hasil kerja siswa bernilai sama dengan pujian langsung dan meningkatkan harga diri siswa karena ia dapat merasakan kepuasan sebagai orang yang berhasil dan mendapat pengakuan.
Menurut para ahli, ganjaran yang bersifat positif seperti pujian akan memberikan efek yang positif, sedangkan ganjaran negatif seperti hukuman akan merusakkan harga diri dan efeknya akan menurunkan harga diri siswa. Hukuman hanya mungkin efektif dalam memotivasi siswa bila siswa masih dalam tahap kebutuhan mencari rasa aman, sehingga perilakunya didominasi oleh hasrat menghindari hukuman. Kedua, Nilai Prestasi. Nilai prestasi yang diberikan sebagai hasil THB, EBTA, dan untuk hasil pekerjaan rumah maupun tugas-tugas di sekolah, akan memiliki nilai motivasi yang tinggi apabila diberikan dengan cara yang tepat. Terutama dalam memberikan nilai terhadap tugas-tugas sekolah sehari-hari, hendaklah dilakukan berdasarkan kemajuan belajar siswa masing-masing, tidak berdasarkan perbandingan dengan prestasi kelompok.
Seorang siswa yang memperoleh peningkatan prestasi, yaitu dapat menyelesaikan tugasnya lebih baik daripada sebelumnya haruslah diberikan nilai yang dapat menunjukkan dengan jelas kemajuannya, walau bagaimanapun sedikitnya kemajuan itu. Dalam hal ini perlu memperhatikan kemampuan masing-masing siswa yang belum tentu sama. Jangan membuat perbandingan prestasi dengan teman-teman lainnya dikarenakan bila kemajuan siswa yang bersangkutan tidak cukup banyak, maka hal itu akan menanamkan rasa gagal dalam dirinya dan siswa tidak termotivasi untuk berusaha kembali.