Sampah memang merupakan masalah yang bisa dikatakan sebagai masalah yang tiada habis-habisnya. Hampir setiap daerah di Indonesia pasti memiliki permasalahan terkait sampah. Tak terkecuali di Kota Batu sendiri. Terutama pasca penutupan Tempat Pembuangan Akhir Tlekung atau TPA yang berada di Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur.
Penutupan TPA Tlekung ini sudah terhitung sejak 30 Agustus yang lalu hingga batas waktu yang belum ditentukan. Penutupan TPA Tlekung ini merupakan hasil dari keresahan masyarakat yang berada disekitar wilayah TPA Tlekung ini sendiri. Masyarakat sekitaran TPA Tlekung merasa sangat resah dan terganggu akan bau yang berasal dari TPA Tlekung ini. Bahkan, Ketua RW 05 Desa Jun Rejo mengatakan bahwa "Bau sampah TPA Tlekung ini tercium hingga ke Desa Jun Rejo, yang mana antara desa Jun Rejo dengan TPA Tlekung memiliki jarak yang cukup jauh sekitar 3-4 Km.
Penutupan TPA Tlekung ini membuat sampah harus dikelola oleh desa. Sehingga pemerintah Kota Batu mendorong masyarakat agar dapat melakukan pengolahan sampah secara mandiri di Desa.
Melihat peristiwa ini perangkat desa Junrejo berkolaborasi dengan Mahasiswa HI UMM dan juga Saber Pungli, bersama-sama mengajak masyarakat desa Junrejo agar dapat menangani permasalahan sampah ini.
Agar dapat mengetahui sejauh mana masyarakat memahami sampah dan mencari solusi terkait penanganan sampah ini. Pada Minggu pertama Mahasiswa UMM yang didampingi oleh Pihak desa dan Saber Pungli melakukan survey, penggalian data serta sampeling kepada masyarakat desa Junrejo yang berada di 10 RW.
Setelah pengambilan sampel kepada masyarakat desa Junrejo ini, terdapat beberapa kendala terkait penanganan sampah yang ada di Desa Junrejo ini. Dan salah satunya adalah beberapa masyarakat masih tidak mau memilah sampah dan langsung membakar sampah tersebut. Akan tetapi, sudah sebagian besar masyarakat ini sudah melakukan pemilahan sampah.
Di beberapa lingkungan RW bahkan sudah memiliki inisiatif dalam mengolah sampah. Adapun sampah tersebut di manfaatkan untuk di buat pupuk kompos organik, kemudian digunakan sebagai pakan ternak ataupun pakan Maggot BSF. Dan ada yang memanfaatkan sampah anorganik sebagai bahan kerajinan untuk dibuat menjadi tas. Meskipun masih banyak di beberapa lingkungan RW yang menjual sampah Anorganik seperti bekas botol minum ke pengepul.
Masih banyak di beberapa lingkungan RW ini yang sudah membuat tempat pengolahan sampah akan tetapi belum berjalan. Yang disebabkan oleh beberapa kendala, seperti kurangnya dana dan masih kurang paham bagaimana mengolah menjadi pupuk kompos dengan baik dan benar.
Meskipun begitu tentunya kami pihak terkait dan tentunya masyarakat desa Junrejo perlu mendapatkan dukungan baik secara moril dan materil kepada pihak Pemdes, Pemkot ataupun pihak lainnya dalam menangani kasus penanganan sampah ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H