Hallyu atau Korean Wave telah menjadi fenomena global yang memengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk cara pandang dan refleksi pribadiku. Salah satu elemen yang paling berkesan bagiku adalah Drama Korea (drakor). Bukan sekadar hiburan, drakor sering kali menyajikan cerita yang relate dengan kebudayaan dan keyakinan yang aku anut, membuatku merasa lebih terhubung dan mendapatkan banyak pelajaran berharga.
Dulu menikmati drakor tak semudah saat ini, rela hunting VCD atau DVD dan menghabiskan waktu untuk menonton semua serial yang dibeli. Kini menonton drakor cukup dengan berlangganan beberapa platform dan bisa update berbagai informasi drakor bila bergabung dengan Korean Enthusiast Community, yaitu komunitas atau kelompok penggemar budaya Korea.
Komunitas seperti ini biasanya menjadi wdah bagi orang-orang yang memiliki minat dalam berbagai aspek budaya Korea, bukan hanya drakor loh tapi ada K-pop (musik pop Korea), bahkan buat yang suka belajar Bahasa, Kuliner, Fashion dan makeup serta Tradisi dan budaya Korea secara umum juga bisa banget! Selain itu komunitas juga sering mengadakan acara seperti fangathering, nonton bareng (drama atau konser), belajar bahasa Korea bersama, hingga kulineran ala Korea. Dengan adanya komunitas ini mak aku mudah menyusun prioritas mau nonton drakor yang mana duluan.
K-Drama Journey : Dari Hiburan ke Makna Hidup
Aku meyakini semua teori agama yang aku pelajari, tak sedikitpun aku meragukannya namun entah mengapa lewat drakor aku seperti menemukan visualisasi terhadap semua teori yang aku yakini tadi, misalnya nih ya tentang keyakinanku bahwa selama 40 hari setelah seseorang meninggal, arwahnya masih berada di sekitar kita. Ketika aku menonton drakor dengan judul 49 Days, sebuah drama yang mengisahkan perjalanan arwah selama 49 hari setelah kematian, aku merasa tersentuh karena konsep ini terasa dekat dengan apa yang aku yakini, meskipun ada perbedaan dalam durasi waktu. Drakor ini memperlihatkan bagaimana kehidupan dan kematian saling terhubung, mengajarkan bahwa setiap momen hidup memiliki arti yang mendalam.
Aku juga sangat terinspirasi oleh hubungan antara orang tua dan anak yang sering diangkat dalam drakor. Kisah-kisah menyentuh hati, seperti pengorbanan orang tua atau perjuangan anak untuk membahagiakan keluarga, menggugahku untuk lebih menghargai keluargaku sendiri. Dari drama-drama ini, aku belajar bahwa hubungan keluarga adalah pondasi penting dalam kehidupan dan wuote yang ada dalam reply 1988 sungguh membuat aku terharu "orang tua tak akan pernah menang melawan anaknya" atau lewat drakor A Virtous Bussines "yang mempunyai cintah lebih besar adalah yang paling lemah", setuju nggak sih kalian?
Tidak hanya itu, isu-isu yang diangkat oleh drakor sangat beragam dan dikemas dengan teliti. Lewat komunitas juga aku paham bhwa drama korea itu meski hanya 16 episode tapi pembuatannya bisa memakan waktu satu tahun, kebayangkan mengapa kita bisa menikmatinya dengan baik dibanding sinetron kita bahkan 2 episode bisa kelar dalam sehari hehe.
Drama bertema fantasi, seperti Tomorrow yang menceritakan kisah malaikat maut, bahkan memberikan perspektif mendalam tentang kehidupan dan kematian. Dari drama ini, aku menyadari bahwa husnul khotimah adalah rahmat Allah, dan bahwa hidup yang bermanfaat adalah kunci, terlepas dari seberapa sempurna amal kita. Dalam drakor ini saat malaikat maut mau mencabut nyawa seorang veteran yang menjadi pemulung ada perintah dari Tuhan "cabut nyawanya selembut mungkin, sambut arwahnya dengan seluruh malaikat langit" Malaikat mau heran dan bertanya "kenapa? diakan kerjaan hanya memulng sampah, tak pernah beribadah, tak pernah bersedekah?" Lalu Tuhan menjawab "dia adalah pahlawan, tanpa dia maka Korea tak akan maju seperti hari ini". Malakat mencabut nyawanya dengan lembut sehingga dia tersenyum saat menghembuskan nafas terakhir, semua malaikat menyambutnya dengan tersenyum dan tanpa hisab dia menuju surga. See? Familiar dengan kisah pak ustad tentang bagian rahmat Allah atas ummatnya bukan?
Drakor tema politik juga menarik perhatianku, terutama karena situasinya sering kali relate dengan keadaan politik di Indonesia. Nah saat ini menjelang Pilkada pada 27 November nanti, aku rekomendasikan kalian nonton drakor The Whirlwind, drama ini menggambarkan bagaimana politik bekerja di balik layar, dengan intrik dan permainan kekuasaan yang begitu rumit. Menontonnya membuatku sadar bahwa setiap kandidat yang maju bukanlah malaikat. Mereka adalah manusia biasa dengan agenda masing-masing. Drama politik seperti ini tidak hanya memberi hiburan tetapi juga membuka mata tentang realitas sistem politik dan tantangannya.
Salah satu drakor yang juga sangat berkesan bagiku adalah Thirty-Nine. Drama ini bercerita tentang tiga perempuan berusia 39 tahun yang menghadapi berbagai tantangan hidup menjelang usia 40. Melalui drama ini, aku tahu bahwa ada kebiasaan di Korea untuk melakukan apapun yang disukai menjelang usia 40, sebuah momen refleksi sebelum memasuki babak baru kehidupan. Konsep ini terasa begitu relate dengan ungkapan "life begins at forty," karena di usia tersebut kita diajak untuk mulai menjalani hidup dengan lebih serius. Thirty-Nine memberiku inspirasi bahwa tidak ada kata terlambat untuk menikmati hidup dan menemukan kebahagiaan, bahkan di tengah berbagai masalah.